Rabu, 03 November 2010

SENYAWA FLAVONOID

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatic. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat alizarin.
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatic yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang sejarah flavonoid, macam-macam flavonoid dari yang sederhana sampai ke senyawa kompleks flavonoid, gugus fungsi yang terdapat pada flavonoid, sintesis dan isolasi flavonoid, sifat-sifat flavonoid, serta tumbuhan-tumbuhan yang mengandung flavonoid.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana sejarah senyawa flavonoid itu dan klasifikasinya?
2. Bagaimanakah sifat-sifat kimia dan fisika dari flavonoid dibandingkan dengan golongan terpen?
3. Gugus fungsi apa yang terdapat pada flavonoid?
4. Pada tumbuhan apa sajakah flavonoid berada?
5. Bagaimana cara isolasi dan identifikasi dari senyawa flavonoid?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah dari senyawa flavonoid dan klasifikasinya.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari senyawa flavonoid dan membandingkannya dengan terpen.
3. Untuk mengetahui gugus fungsi apa saja yang terdapat pada flavonoid
4. Untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang mengandung flavonoid.
5. Untuk mengetahui isolasi dan identifikasi dari senyawa flavonoid.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan dan sebagai bahan pelajaran untuk dapat mendeskripsikan senyawa flavonoid.
















BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Senyawa Flavonoid
Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami kemajuan yang pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin aromatic. Bahkan, struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19. Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang dianggap sudah usang. Akan tetapi topic-topik yang menarik mengenai senyawa-senyawa itu terus menerus muncul dengan adanya penemuan-penemuan baru. Dengan demikian, senyawa-senyawa fenol dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus berkembang.
Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi biogenetic senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida.
Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi).

B. Klasifikasi Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya tumbuhan berpembuluh. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi flavonoid. Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi gugus kimia pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi dan glikosilasi. Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan polimer.
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae.
Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa cirri struktur yaitu: cincin A dari struktur flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan 6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta aau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklik dalam senyawa trisiklis.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida, yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam adalah sebagai berikut:



a. Antosianin



Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa. Karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.
Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen dari bunga.
Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator asam-basa.
Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang merupakan senyawa tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.





Dalam pengidentifikasian antosianin atau flavonoid yang kepolarannya rendah, daun segar atau daun bunga jangan dikeringkan tetapi harus digerus dengan MeOH. Ekstraksi hampir segera terjadi seperti terbukti dari warna larutan. Flavonoid yang kepolarannya rendah dan yang kadang-kadang terdapat pada bagian luar tumbuhan, paling baik diisolasi hanya dengan merendam bahan tumbuhan segar dalam heksana atau eter selama beberapa menit.
Stabilitas Antosianin
Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis ataupun netral. Zat warna ini juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain, jika enzim menyerang asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida yang mengoksidasi sehingga antosianin mengalami perubahan warna.
Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan kemudian menjadi biru. Pada umumnya, zat-zat warna distabilkan dengan penambahan larutan buffer yang sesuai. Jika zat warna tersebut memiliki pH sekitar 4 maka perlu ditambahkan larutan buffer asetat, demikian pula zat warna yang memiliki pH yang berbeda maka harus dilakukan penyesuaian larutan buffer.
Warna merah bunga mawar dan biru pada bunga jagung terdiri dari pigmen yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila pada bunga mawar pigmennya berupa garam asam sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral. Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna. Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Adanya tanin akan banyak mengubah warna antosianin. Dalam pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan keasaman larutan banyak menentukan warna produk tersebut. Misalnya pada pemasakan bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH 8 atau lebih (dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet tetapi bila ditambahkan cuka warna akan mejadi merah terang kembali. Tetapi jarang makanan mempunyai pH yang sangat tinggi. Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet. Karena itu pada pengalengan bahan yang mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus (lacquer).
b. Flavonol
flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida. Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon.

Struktur flavonol
Flavonol Alam




























c. Flavonon

d. Khalkon
polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus 2-hidroksil-6-glikosilasi.

Struktur khalkon
Beberapa khalkon misalnya merein, koreopsin, stillopsin, lanseolin yang terdapat dalam tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe, dan family Compositea.
e. Auron (Cincin A –COCO CH2 – Cincin B)

Auron atau system cincin benzalkumaranon dinomori sebagai berikut :






e. Dihidroflavonol





f. Dihidrokhalkon
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum family Rosaceae juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.
Phlorizin merupakan β-D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusional dan asam p-hidroksihidrosinamat. Jika glukosida phlorizin dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.

g. Flavon
Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A. flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama demetilasi tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6 dihidroksiflavon (persamaan 1). Dalam keadaan khusus pembukaan lanjut dapat terjadi (persamaan 2).
Demetilasi gugus 5-metoksi dalam polimetoksiflavon segera terjadi pada kondisi yang cocok, sehingga 5-hidroksi-polimetoksiflavon mudah dibuat.



Flavon alam






























2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon termasuk dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan kelompok yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun isoflavon merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon, karena mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesanya.
Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi. Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui fungsi fisiologisnya, misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan. Berbagai potensi senyawa isoflavon untuk keperluan kesehatan antara lain:
1. Anti-inflamasi
Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan jalur metabolisme asam arachidonat, pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas „radical scavenging’ suatu molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari pengaruh negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin, prosianidin, nepritin, dan lain-lain.
2. Anti-tumor/Anti-kanker
Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/antikanker adalah genistein yang merupakan isoflavon aglikon (bebas). Genistein merupakan salah satu komponen yang banyak terdapat pada kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker oleh genistein, melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara yang terinduksi dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran sel, khususnya penghambatan pembentukan protein yang mengandung tirosin; (2) penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase II; (3) penghambatan regulasi siklus sel; (4) sifat antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif terhadap senyawa radikal bebas; (5) sifat mutagenik pada gen endoglin (gen transforman faktor pertumbuhan betha atau TGFβ). Mekanisme tersebut dapat berlangsung apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5μM.
3. Anti-virus
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih terus berlangsung.
4. Anti-allergi
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel „mast‟, yaitu sel yang mengandung granula, histamin, serotonin, dan heparin; (2) penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3‟,5‟ siklik monofast fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca; (3) berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-senyawa flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi antara lain terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon.
5. Penyakit kardiovaskuler
Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran darah dan penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti pada aspek berlainan. Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II), terbukti berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi 5μg/ml) dan juga berpotensi menghambat, pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada pembuluh darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan resiko CVD (cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan sifat hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon.
6. Estrogen dan Osteoporosis
Pada wanita menjelang menopause, produksi estrogen menurun sehingga menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja berfungsi dalam sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk tulang, jantung, dan mungkin juga otak. Dalam melakukan kerjanya, estrogen membutuhkan reseptor estrogen (ERs) yang dapat “on/off” di bawah kendali gen pada kromosom yang disebut _-ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan dada, tulang, dan empedu responsif terhadap _-ER tersebut. Isoflavon, khususnya genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun ikatannya lemah, tetapi dengan β-ER mempunyai ikatan sama dengan estrogen. Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi equol. Dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen. Mengingat hormon estrogen berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan kata lain, isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap padat dan masif.
7. Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja pada hewan percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga manusia. Pada penelitian dengan menggunakan tepung kedelai sebagai perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang menurun, tetapi juga trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high density lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme lain penurunan kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan kolesterol.
3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai dalbergoin
Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan
1. Flavonoid O-Glikosida
Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh glikosida ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air. Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa disamping galaktosa, ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang glukoronat dan galakturonat. Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain.

2. Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Lazim di temukan gula terikat pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa, raminosa, silosa, arabinosa.
3. Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai ekologi dengan habitat air.
4. Biflavonoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G. biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon). Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini jumlah biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas. Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin, amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan antar flavanoid.

Gambar di atas menunjukkan struktur dasar fenol, flavanoid dan biflavanoid. Sistem cincin bisiklis dinamai cincin A dan C, sedangkan cincin unisiklis dinamai cincin B. Kedua unit monomer biflavonoid ditandai dengan angka Romawi I dan II. Posisi angka pada masing-masing monomer dimulai dari cincin yang mengandung atom oksigen, posisi ke-9 dan ke-10 menunjukkan karbon pada titik penyatuan
Senyawa biflavonóid berperan sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti kanker, anti alergi, antimikrobia, antifungi, antibakteri, antivirus, pelindung terhadap iradiasi UV, vasorelaksan, penguat jantung, anti hipertensi, anti pembekuan darah, dan mempengaruhi metabolisme enzim. Sebagian besar peran di atas dapat dipenuhi oleh berbagai senyawa biflavonoid yang diekstraksi dari berbagai spesies Selaginella.
Seperti yang telah dikemukakan di atas biflavonoid merupakan flavonoid dimer yang biasanya terlibat adalah flavon dan flavonon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang sederhana, 5, 7, 4' dan ikatan antar flavonoid berupa C-C atau eter. Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida dan penyebarannya terbatas umumnya pada paku-pakuan, Gimnospermae, Angiospermae. Salah satu struktur flavonoid yang bernilai tinggi sebagai bahan obat adalah biflavonoid. Di Asia Timur biflavonoid banyak dihasilkan dari daun Ginkgo biloba L. dengan kandungan utama ginkgetin Di Afrika sub Sahara biflavonoid banyak dihasilkan dari biji Garcinia cola Heckel dengan kandungan utama kolaviron. Di Eropa biflavonoid banyak dihasilkan dari herba Hypericum perforatum L. dengan kandungan utama amentoflavon. Selaginella Pal. Beauv. (Selaginellaceae Reichb.) sangat berpotensi sebagai sumber biflavonoid. Tumbuhan ini dapat menghasilkan berbagai jenis biflavonoid, tergantung spesiesnya, serta memiliki sebaran yang bersifat kosmopolitan sehingga dapat dibudidayakan hampir di seluruh permukaan bumi.
C. Biosintesa flavonoid
Pola biosintesa pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu: pada tahap-tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan.
Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yaitu kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propane berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua jenis biosintesa utama untuk cincin aromatic yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propane dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil dan sebagainya.
Jalur sintesis flavonoid bermula dari produk glikolisis yaitu fosfoenol piruvat. Selanjutnya, produk tersebut akan memasuki alur shikimat untuk menghasilkan fenilalanin sebagai materi awal untuk alur metabolic fenil propanoid. Alur tersebut akan menghasilkan 4-coumaryl-coA, yang akan bergabung dengan malonyl-coA untuk menghasilkan struktur sejati flavonoid. Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis ini disebut khalkon. Bentuk lain diturunkan dari khalkon melalui berbagai alur dan rangkaian proses enzimatik, seperti:flavanol, flavan-3-ols, proantosianidin(tannin).
D. Identifikasi flavonoid
Sebagian besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosidanya, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara gula dan suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alcohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi alcohol kepada aldehid yang dikatalis oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alcohol yang sebanding dan alcohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoid alam adalah glukosa tersebut masinbg-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organic seperti eter, benzene, kloroform dan aseton.
Flavonoid nerupakan metabolit sekunder dalam tumbuhan yang mempunyai variasi struktur yang beraneka ragam, namun saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama. Jalur biosintesis flavonoid dimulai dari pertemuan alur asetat malonat dan alur sikimat membentuk khalkon, dari bentuk khalkon ini diturunkan menjadi bentuk lanjut menjadi berbagai bentuk lewat alur antar ubah posisi, dehidrogenasi, denetilasi dan lain-lain. Kenudian daripada itu menghasilkan bentuk sekunder dihidrokalkon, flavon, auron, isoflavon (penurunan selanjutnya membentuk peterokarpon dan rotenoid) dan dehidroflavonol (penurunan selanjutnya antosianidin, flavonol, epikatekin ) .
Dari bentuk-bentuk sekunder tersebut akan terjadi nodifikasi lebih lanjut pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan / pengurangan hidroksilasi, metilenasi, ortodihidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, dimerisasi, pembentukan bisulfat, dan yang terpenting glikolisasi gugus hidroksil
E. Senyawa Flavonoid Pada Tumbuhan
Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit catatan yang melaporkan flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang, propilis (sekresi lebah), sayap kupu-kupu, yang mana dianggap bukan hasil biosintesis melainkan dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut, Penyebaran flavonoid terbatas pada golongan tumbuhan dengan tingkat biovita atau yang lebih tinggi, golongan tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang asal-usulnya lebih baru dibanding golongan tumbuhan yang tidak mengandung flavonoid (500 - 3000 juta tahun), segi penting dari penyebaran flavonoid ini adalah adanya kecenderungan kuat bahwa tumbuhan yang secara takson berkaitan akan menghasilkan jenis flavonoid yang serupa.
Senyawa antosianin sering dihubungkan dengan warna bunga tumbuhan. Sianidin umumnya terdapat pada suku Gramineae. Senyawa biflavonoid banyak terdapat pada subdivisi Gymnospernae sedang isoflavonoid pada suku leguminosae.
Pada tumbuhan yang mempunyai morfologi sederhana seperti lumut, paku, dan paku ekor kuda mengandung senyawa flavonoid O-GIikosida, flavonol, flavonon, Khalkon, dihidrokhalkon, C-Gl ikosida . Angiospermae mengandung senyawa flavonoid kompleks yang lebih banyak.
F. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
Pemisahan senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai macam pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai berikut :
1. Flavonoid bebas dan aglikon,dalam eter .
2. O-Glikosida,dalam etil asetat.
3. C-Glikosida dan leukoantosianin dalam
butanol dan amil alkohoI.
Oleh karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang meningkat.
G. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid
1. Isolasi Dengan metanol
Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil, santifil dan lain-lain .
2. Isolasi Dengan Charaux Paris
Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental dan ekstrak kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer lalu ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai kering yang kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut etil. asetat diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi, lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n - butanol yang kering, mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan kromatografi koLom. Metode ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat dilakukan pemisahan flavonoid berdasarkan sifat kepolarannya.
3. Isolasi dengan beberapa pelarut.
Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etano lpekat dilarutkan dalam air lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
ldentifikasi Dengan Reaksi warna
1. Uji WILSTATER
Uji ini untuk mengetahui senyawa yang mempunyai inti δ benzopiron. Warna-warna yang dihasilkan dengan reaksi Wilstater adalah sebagai berikut:
- Jingga Daerah untuk golongan flavon.
- Merah krimson untuk golongan fLavonol.
- Merah tua untuk golongan flavonon.
2. Uji BATE SMITH MATECALVE
Reaksi warna ini digunakan untuk menuniukkan adanya senyawa leukoantosianin, reaksi positif jika terjadi warna merah yang intensif atau warna ungu.











BAB III
PENUTUP

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru. Dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga bentuk susunan C6-C3-C6. susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa Flavonoid yaitu :
a. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
b. Isoflavonoid atau 1,2- diarilpropana
c. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1.3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sering sekali disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae.

Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu posisi 2,4,6. cincin B flavonoid mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta.
Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosikllis dalam senyawa trisiklis.
Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :
Cincin A – COCH2CH2 – Cincin B —————————– Hidrokalkon
Cincin A – COCH2CHOH – Cincin B ————————– Flavanon, kalkon
Cincin A – COCH2CO – Cincin B —————————— Flavon
Cincin A – CH2COCO – Cincin B —————————— Antosianin
Cincin A – COCOCH2 – Cincin B ——————————- Auron
Pola biosintesis pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu : pada tahap tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2).kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan. Cincin A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yaitu kondensasidari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propana berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua jenis biosintes utamadari cincin aromatik yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propana dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti pada ikatan rangkap, gugus hidroksi, gugus karbonil, dan sebagainya.
Sebagai besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada sutatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatanmelalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton.
Antioksidan alami terdapat dalam bagian daun, buah, akar, batang dan biji dari tumbuh-tumbuhan obat. Bagian tersebut umumnya mengandung senyawa fenol dan polifenol. Polifenol dan turunannya telah lama dikenal memiliki aktivitas antibakteri, antimelanogenesis, antioksidan dan antimutagen. Sebagai antioksidan polifenol berperan sebagai penangkap radikal bebas penyebab peroksidasi lipid yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan makanan, selain itu senyawa antioksidan berfungsi mencegah kerusakan sel dan DNA akibat adanya senyawa radikal bebas.
Senyawa flavonoid yang merupakan salah satu golongan dari polifenol sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dan masih digunakan secara terbatas. Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi strukturnya akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan menurun bahkan hilang dan kelarutannya rendah. Kestabilan dan kelarutan dapat ditingkatkan dengan cara mengubah senyawa flavonoid menjadi bentuk glikosida melalui reaksi kimia maupun enzimatik dengan bantuan enzim transferase.
Senyawa-senyawa flavanoid yang umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan. Bahkan, berdasarkan penelitian di Jepang, ditemukan molekul isoflavon di dalam tempe. Oleh karena molekul isoflavon bersifat antioksidan maka tempe merupakan sumber pangan yang baik untuk menjaga kesehatan, selain kandungan gizinya tinggi.
Senyawa-senyawa flavonoid dan turunannya dari tanaman nangka-nangkaan memiliki fungsi fisiologi tertentu. Ada dua kategori fungsi fisiologi senyawa flavonoid tanaman nangka-nangkaan berdasarkan sebarannya di Indonesia. Tanaman nangka-nangkaan yang tumbuh di Indonesia bagian barat, produksi senyawa flavanoid diduga berfungsi sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan penyakit (sebagai antimikroba atau antibakteri) bagi tanaman.
Sedangkan yang tumbuh di Indonesia bagian timur, produksi senyawa flavanoid berfungsi sebagai alat pertahanan (antivirus). Dengan menggunakan pendekatan fungsi fisiologi ini, uji biologi artoindonesianin dan kerabatnya dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan S. Scheller, dkk yang menguji efektifitas antikanker dari ekstrak etanol propolis (EEP) pada mencit yang diinduksi dengan ehrlich carcinoma cells menunjukkan, mencit yang bisa bertahan hidup lebih banyak setelah diberi EEP. Efek antikanker EEP terhadap Ehrlich Carcinoma cells ini berkaitan dengan kandungan flavonoid pada propolis. Flavonoid mempengaruhi tahapan metabolisme sel kanker misalnya dengan cara menghambat penggabungan timidin, uridin, dan leucin dengan sel kanker tersebut sehingga dapat menghambat sintesis DNA sel kanker. Peranan flavonoid sebagai antikanker juga diperkuat oleh eksperimen lain yang menggunakan hidrokarbon aromatic polisiklik sebagai penginduksi kanker.
Mekanisme penghambatan terhadap hidrokarbon aromatic polisiklik berkaitan dengan penghambatan stimulasi metabolik yang diinduksi oleh hidrokarbon aromatic polisiklik dan memengaruhi aktivitas beberapa sel promoter. Flavonoid ini merupakan sua tu zat yang banyak terdapat pada tumbuhan, tetapi dalam propolis berada dalam bentuk terkonsentrasi.
Dengan sistem metabolismenya, lebah membuat flavonoid dari tumbuhan itu lebih efektif. Jadi lebah seolah-olah menjadi perantara flavonoid dengan manusia dan hewan. Senyawa flavonoid yang ditemukan pada EEP antara lain betulinol, quersetin, isovanilin, galangin, isalpinin, kaemferol, rhamnetin, isohmnetin, pinocembrin, pinostrobin dan pinobaksin. Saat ini propolis tersedia dalam bentuk tablet, salep, kapsul, krim, dll. Penggunaan propolis bisa pada orang sehat maupun sakit. Pada orang sehat penggunaan propolis dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Sedangkan pada orang yang sedang sakit penggunaannya bila digabungkan dengan obat sintesis bisa meningkatkan efeknya misalnya bisa meningkatkan efek penisilin.
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Biflavonoid. Online: http://www.scribd.com/doc/12754372/D090115AHMBifavonoidxxx, diakses tanggal 30 Oktober 2010.

Hernawati. 2010. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon dari Tanaman Kedelai. Online: http://file.upi.edu/Direktori/D%20-%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/197003311997022%20-%20HERNAWATI/FILE%2012.pdf, diakses tanggal 30 Oktober 2010.

Lenny, Sofia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid. Online:http://www.pdf-searcher.com/SENYAWA-FLAVONOID,-FENIL-PROPANOID-DAN-ALKALOID.html, diakses tanggal 30 Oktober 2010.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
CATATAN: klo mau strukturnyaminta lewat email: ekha_mifta@ymail.com

Selasa, 19 Januari 2010

Makalah Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini 60% terletak ditangan guru.
Oleh karena itu proses belajar mengajar yang dibabaki oleh guru tidak akan pernah tenggelam atau digantikan oleh alat atau lainnya. Dizaman modern yang ditandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi telah merambah seluruh sektor kehidupan. Produk iptek telah menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih praktis dan lebih mudah, sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan diperoleh saat ini dengan mudah dapat segera diwujudkan termasuk didalam dunia pendidikan produk teknologi telah menjadi guru kedua bagi anak.
B. Rumusan Masalah
Agar pemaparan makalah ini lebih sistematis, maka kami merumuskannya ke dalam beberapa pertanyataan, antara lain:
1. Apa definisi dari pembelajaran?
2. Apa tujuan dari pembelajaran?
3. Apa sajakah unsure-unsur dinamis pembelajaran?
4. Bagaimana peranan guru dalam pembelajaran?
5. Bagaimana prinsip pembelajaran yang efektif?
6. Apa sajakah ciri-ciri pembelajaran yang efektif?
7. Apa pengertian dari model pembelajaran dan jenis-jenisnya?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mampu menjelaskan pengertian pembelajaran
2. Mampu menjelaskan tujuan pembelajaran
3. Mampu menjelaskan unsur-unsur dinamis pembelajaran
4. Mampu menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
5. Mampu menjelaskan peranan guru dalam pembelajaran
6. Mampu menjelaskan prinsip pembelajaran yang efektif
7. Mampu menjelaskan ciri-ciri pembelajaran yang efektif
8. Mampu menjelaskan pengertian model pembelajaran dan membedakan model-model pembelajaran.











BAB II
PEMBAHASAN


A. Definis Pembelajaran
1. Menurut Sadiman, 1998.
Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata bahasa inggrisnya instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks pembelajar-belajar di kelas (ruang) formal maka pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri pembelajar secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan adalah belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri pembelajar, kita sebut pembelajaran.
2. Menurut AECT, 1986.
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan terjadinya belajar pada diri pembelajar. Pembelajaran merupakan set khusus pendidikan.
3. Menurut Degeng dan Miarso, 1993.
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksananakan secara sistematik dimana setiap komponen saling berpengaruh. Dalam proses secara implicit terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
4. Menurut Gagne, 1988.
Pembelajaran adalah usaha pembelajar yang bertujuan untuk menolong pembelajar. Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi terjadinya proses belajar pebelajar. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi terjadinya belajar pebelajar, tidak selamanya berada di luar pebelajar, tetapi juga berada di dalam diri pebelajar.

5. Menurut Winataputra, 2001.
Pembelajaran adalah prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dimulai dari tujuan yang paling umu sampai paling rinci, sehingga tujuan pembelajaran terdapat klasifikasi berdasarkan kedudukannya, yaitu:
1. Tujuan umum pendidikan nasional, yakni: Pembentukan manusia seutuhnya (pancasilais). Tujuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan (umum, kejuruan, PT, non formal).
2. Tujuan institusional: Tujuan masing-masing lembaga pendidikan seperti SD, SLTP, SLTA, PT, PLS.
3. Tujuan kurikuler: Tujuan macam-macam bidang studi, seperti matematika, bahasa, agama, kesenian, dsb.
4. Tujuan pembelajaran: Tujuan program pembelajaran bidang studi tertentu pada masing-masing kelas atau tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran
C. Unsur-Unsur Dinamis Pembelajaran
Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran adalah unsure-unsur yang dapat berubah atau diupayakan pembelajar dalam mengefektifkan dan mengefesienkan pelaksanaan pembelajaran. Unsur-unsur dinamis pembelajaran yaitu:
1. Bahan ajar. Pembelajar memiliki peranan penting dalam pemilihan dan penetapan bahan pelajaran.
2. Suasana belajar: beberapa pertimbangan penting bagi pembelajar dalam rangka menciptakan suasana belajar, yaitu kenyamanan dari gedung sekolah. Suasana pergaulan seperti tertib dan akrabnya antar orangtua pebelajar, dan pegawai-pegawai. Adanya ruang belajar di rumah.
3. Media dan sumber belajar: pembelajar sebagai perancang dan pengguna media dan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: (a)Media dan sumber belajar memiliki manfaat untuk mencapai sasarn belajar. (b)kemampuan pebelajar dalam mendesain dan memproduksi media dan sumber bahan ajar sesuai dengan bahan pelajaran yang diajarkan.(c) pebelajar dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada disurat kabar, majalah, radio, televise, museum, kantor-kantor dan sejenisnya untuk pokok bahasan tertentu.
4. Guru sebagai subjek pembelajaran: guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
- Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh.
- Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.
- Bertindak sebagai guru yang mendidik.
- Meningkatkan profesinalisme keguruan.
- Dalam berhadapan dengan pebelajar, guru berperan sebagai fasilitator belajar, pembimbing belajar, dan pemberi balikan belajar.
D. Langkah-Langkah dalam Pembelajaran
Konsep pembelajaran yang terdiri atas 3 tahap, yaitu (a) tahap sebelum pengajaran, (b) tahap pembelajaran, (c) tahap sesudah pembelajaran.
1. Tahap sebelum pembelajaran
Pembelajaran harus menyusun perencanaan pembelajaran yang terkait dengan:
a. Bekal bawaan yang ada pada pebelajar
b. Perumusan tujuan pembelajaran
c. Pemilihan metode
d. Pemilihan pengalaman belajar
e. Pemilihan bahan dan media pembelajaran
f. Mempertimbangkan karakteristik pebelajar
g. Mempertimbangkan cara membuka pelajaran, pengembangan, dan penutup pelajaran.
h. Mempertimbangkan peranan pebelajar dan pola pengelompokan, dan mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar.
2. Tahap pembelajaran
Tahap kegiatan ini adalah tahap berlangsungnya interaksi antara pembelajar dengan pebelajar, pebelajar dengan pebelajar, dan pebelajar group dengan pebelajar individual. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pembelajaran, yaitu:
a. Pengelolaan dan pengendalian kelas.
b. Penyempaian informasi, keterampilan-keterampilan, konsep, dan sebagainya
c. Penggunaan tingkal laku verbal, misalnya keterampilan bertanya, demonstrasi dan penggunaan model.
d. Penggunaan tingkah laku nonverbal, misalnya gerak pindah pembelajar, dan sasmita pembelajar.
e. Cara mendapatkan balikan.
f. Mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologis, antara lain motivasi, pengulangan, pemberian penguatan, balikan kognitif, pokok-pokok yang akan mendiagnosa kesulitan belajar.
g. Menyajikan kegiatan sehubungan dengan perbedaan individual.
h. Mengevaluasi kegiatan berinteraksi.
3. Tahap sesudah pembelajaran
Tahap ini merupakan kegiatan setelah pertemuan tatap muka dengan pebelajar. Beberapa perbuatan pembelajar yang nampak sesudah pembelajaran antara lain:
a. Menilai pekerjaan pebelajar.
b. Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya, dan
c. Menilai kembali proses pembelajaran yang telah berlangsung.
E. Peranan Guru dalam Pembelajaran
Guru memilik peranan seperti:
1. Sebagai komunikator. Guru sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, agar pebelajar menguasai materi pelajaran yang diajarkan.
2. Sebagai informatory. Guru sebagai pelaksana dengan beberapa cara mengajar, yaitu informative, praktis dan studi lapangan secara akademik, maupun umum.
3. Sebagai organisator. Guru sebagai pengelola kegiatan akademik seperti silabus, workshop, jadwal pelajaran, dan sebagainya.
4. Sebagai motivator. Peranan ini sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar pebelajar. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi pebelajar, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas sehingga terjadi dinamika di dalam proses pembelajaran.
5. Sebagai pengarah/director. Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol.
6. Sebagai inisiator. Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
7. Sebagai transmitter. Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
8. Sebagai fasilitator. Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas untuk kemudahan pembelajaran, menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi dalam pembelajaran akan berlangsung secara efektif.
9. Sebagai mediator. Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, mediator juga dapat diartikan perancang, pengembang dan penyedia media serta cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.
10. Sebagai evaluator. Sebagai peranan akhir kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melakukan evaluasi. Dalam hal ini guru mempunyai otoritas untuk menilai keberhasilan pembelajaran.
F. Prinsip Pembelajaran yang Efektif
1. Menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan
Menguasai materi pelajaran termasuk didalamnya kemampuan mengorganisasikan dan menyesuaikan materi pelajaran menurut tingkat kemampuan, minat, dan kecepatan pebelajar masing-masing.
2. Kesehatan dan kondisi jasmani
Mengajar adalah tugas atau kegiatan yang sangat memerlukan kesehatan dan kondisi jasmani dapat mengurangi kemampuan pembelajar dalam melaksanankan tugas-tugasnya untuk mengajar.
3. Sifat kepribadian dan penguasaan diri
Kepribadian dan perilaku pembelajar besar pengaruhnya terhadap pebelajar.
4. Mengerti sifat dan perkembangan manusia.
Baik pria maupun wanita, mungkin berniat untuk mengajar tetapi mereka tidak mengerti rangkaian perkembangan manusia, sehingga mereka tidak berhasil mengajar sebagaimana mestinya.
5. Pengetahuan/kemampuan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
apa yang harus diajarkan, mengapa, bilamana dan bagaimana mengajarkan tergantung beberapa factor diantaranya ialah: kemudahan secara individual, kesiapan belajar, dan kesempatan belajar mengajar yang dapat berguna.
6. Toleransi budaya, agama dan suku bangsa
Pembelajar menghadapi pebelajar yang mungkin berasal dari system budaya, agama, dan suku bangsa yang berbeda-beda.
7. Peningkatan profesi dan budaya
Pembelajar harus mengambil bagian dalam kegiatan yang bersifat meningkatkan profesi sebagai guru pengembang kebudayaan.
G. Ciri-Ciri Pembelajaran yang Efektif
1. Kecakapan membimbing belajar
Pembelajaran bukan semata-mata suatu proses memberi pengetahuan kepada pebelajar bukan pula sekedar hanya menghilangkan sifat-sifat dan kecenderungan yang tidak diinginkan, tetapi yang utama adalah membimbing dan menuntun pebelajar dan mendorong mereka untuk mencapai hasil belajar.
2. Ramah tamah dan simpatik
Mengajar yang baik, tidak terdapat dalam situasi yang kurang ramah tamah dan simpatik terhadap kebutuhan dan minat pelajar.
3. Berencana dengan baik
Pembelajar selalu memikirkan seluruh masalah yang telah ada dan yang mungkin dialami/dihadapi sebelum melanjutkan pelajaran.
4. Kerjasama
Salah satu yang diharapkan dari pembelajar yang baik, ialah dapat terjalin kerjasama yang baik antara pembelajar dan pebelajar.
5. Memberi saran dan anjuran
Mengajar yang baik berlangsung atas dasar saran dan anjuran bukan atas dasar perintah atau dikte.
6. Demokrasi
Mengajar yang baik berarti mengusakan terciptanya suatu suasana lingkungan demokrasi yang di dalamnya orang saling menghargai hak pribadi masing-masing.
7. Merangsang
Pembelajar yang baik, merangsang perkembangan kepribadian dan aktivitas pebelajar dengan perantaraan kepribadian dan aktivitasnya.
8. Memperhitungkan pengalaman masa lampau pebelajar
Pembelajar yang cakap mengerti bahwa pendidikan yang baik adalah mengorganisasi kembali pengalaman-pengalaman masa lampau.
9. Progresif
Senang dan puas terhadap apa yang pernah di capai dengan situasi yang statis bukan pertanda pembelajaran yang baik.
10. Mendiagnosa kesulitan belajar
Pembelajar hendaknya senantiasa memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pebelajar di dalam belajar.
11. Menyembuhkan (remedial)
Pekerjaan menyembuhkan adalah sangat penting, utamanya dalam pelajaran yang membutuhkan ketangkasan atau keterampilan.
12. Memberi kebebasan kepada pebelajar
Kebebasan yang dimaksud dalam hal ini bukanlah kebebasan untuk bertindah semau-maunya tanpa ada kaidah atau norma, tetapi dalam arti memberi bimbingin menurut pola-pola yang diinginkan.
H. Model-Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran terdapat berbagai macam, namun dalam kajian ini, di pilih dan ditetapkan berdasarkan yang telah dikembangkan dan dites oleh para pakar kependidikan, yaitu:
1. Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsep memiliki 3 tahap kegiatan, yaitu:
a. Penyajian data dan identifikasi konsep
b. Mengetes pencapaian konsep
c. Menganalisis strategi berpikir
2. Model latihan penelitian
Menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini memiliki 5 tahap sebagai berikut :
a. Menghadapkan masalah
b. Mencari dan mengkaji data
c. Mengkaji data dan eksperimentasi
d. Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan
e. Menganalisis proses penelitian.
3. Model pertemuan kelas
menurut Joyce dan Weil, 1986 model ini memiliki 6 tahap sebagai berikut:
a. Membangun iklim keterlibatan
b. Menyajikan masalah untuk didiskusikan
c. Membuat keputusan nilai personal
d. Mengidentifikasi pilihan tindakan
e. Membuat komentar
f. Tindak lanjut perilaku
4. Model latihan laboratories
a. Tahap ketergantungan: hubungan dengan kekuasaan sebagai isu pokok.
b. Tahap saling ketergantungan: Peduli terhadap orang lain dan kerjasama memecahkan masalah umum.
5. Model penelitian social
Model ini terdiri atas 6 tahap sebagai berikut:
a. Orientasi sebagai langkah untuk membuat pebelajar menjadi peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah yang akan menjadi pusat penelitian.
b. Perumusan hipotesis
c. Penjelasan dan pendefenisian istilah yang ada dalam hipotesis
d. Eksplorasi dalam rangka menguji hipotesis.
e. Pembuktian dengan cara pengumpulan data yang bersangkut paut dengan esensi hipotesis.
f. Merumuskan generalisasi berupa pernyataan yang memiliki tingkat abstraksi yang luas yang mengaitkan beberapa konsep yang erat kaitannya dengan hipotesis.
6. Model kontrol diri
menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini memiliki 5 tahap sebagai berikut:
a. Perumusan perilaku akhir.
b. Mengkaji perilaku
c. Merumuskan kontingensi
d. Melembagakan program
e. Mengevaluasi program
7. Model simulasi
menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini terbagi atas 4 tahap yaitu:
a. Orientasi
b. Latihan bagi peserta
c. Proses simulasi
d. Pemantapan atau debriefing.












BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terencana pada setiap tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran, serta pembelajaran tindak lanjut.
2. Tujuan pembelajaran dimulai dari tujuan yang paling umu sampai paling rinci, sehingga tujuan pembelajaran terdapat klasifikasi berdasarkan kedudukannya, yaitu:
a. Tujuan umum pendidikan nasional, yakni: Pembentukan manusia seutuhnya (pancasilais). Tujuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan (umum, kejuruan, PT, non formal).
b. Tujuan institusional: Tujuan masing-masing lembaga pendidikan seperti SD, SLTP, SLTA, PT, PLS.
c. Tujuan kurikuler: Tujuan macam-macam bidang studi, seperti matematika, bahasa, agama, kesenian, dsb.
d. Tujuan pembelajaran: Tujuan program pembelajaran bidang studi tertentu pada masing-masing kelas atau tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran
3. Unsur-unsur dinamis pembelajaran yaitu:
- Bahan ajar..
- Suasana belajar.
- Media dan sumber belajar diajarkan
- Guru sebagai subjek pembelajaran
4. Peranan guru dalam pembelajaran, yaitu:
a. Sebagai komunikator.
b. Sebagai informatory.
c. Sebagai organisator.
d. Sebagai motivator.
e. Sebagai pengarah/director.
f. Sebagai inisiator. Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
g. Sebagai transmitter.
h. Sebagai fasilitator.
i. Sebagai mediator.
j. Guru sebagai mediator .
k. Sebagai evaluator.
5. Ciri-ciri pembelajaran yang efektif, yaitu
a. Kecakapan membimbing belajar
b. Ramah tamah dan simpatik
c. Berencana dengan baik
d. Kerjasama
e. Memberi saran dan anjuran
f. Demokrasi
g. Merangsang
h. Memperhitungkan pengalaman masa lampau pebelajar
i. Progresif
j. Mendiagnosa kesulitan belajar
k. Menyembuhkan (remedial)
l. Memberi kebebasan kepada pebelajar
6. Pengertian istilah model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan.
7. Tahapan-tahapan model pembelajaran:
a. Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsep memiliki 3 tahap kegiatan, yaitu:
- Penyajian data dan identifikasi konsep
- Mengetes pencapaian konsep
- Menganalisis strategi berpikir
b. Model latihan penelitian
Menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini memiliki 5 tahap sebagai berikut :
- Menghadapkan masalah
- Mencari dan mengkaji data
- Mengkaji data dan eksperimentasi
- Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan
- Menganalisis proses penelitian.
c. Model pertemuan kelas
menurut Joyce dan Weil, 1986 model ini memiliki 6 tahap sebagai berikut:
- Membangun iklim keterlibatan
- Menyajikan masalah untuk didiskusikan
- Membuat keputusan nilai personal
- Mengidentifikasi pilihan tindakan
- Membuat komentar
- Tindak lanjut perilaku
d. Model latihan laboratories
- Tahap ketergantungan: hubungan dengan kekuasaan sebagai isu pokok.
- Tahap saling ketergantungan: Peduli terhadap orang lain dan kerjasama memecahkan masalah umum.
e. Model penelitian social
Model ini terdiri atas 6 tahap sebagai berikut:
- Orientasi sebagai langkah untuk membuat pebelajar menjadi peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah yang akan menjadi pusat penelitian.
- Perumusan hipotesis
- Penjelasan dan pendefenisian istilah yang ada dalam hipotesis
- Eksplorasi dalam rangka menguji hipotesis.
- Pembuktian dengan cara pengumpulan data yang bersangkut paut dengan esensi hipotesis.
- Merumuskan generalisasi berupa pernyataan yang memiliki tingkat abstraksi yang luas yang mengaitkan beberapa konsep yang erat kaitannya dengan hipotesis.
f. Model kontrol diri
menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini memiliki 5 tahap sebagai berikut:
- Perumusan perilaku akhir.
- Mengkaji perilaku
- Merumuskan kontingensi
- Melembagakan program
- Mengevaluasi program
g. Model simulasi
menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini terbagi atas 4 tahap yaitu:
- Orientasi
- Latihan bagi peserta
- Proses simulasi
- Pemantapan atau debriefing.










DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2009. Pembelajaran. Online (http://wikipedia.com/pembelajaran, diakses tanggal 15 November 2009).

Hadirukiyah. 2009. Model Pembelajaran Konsep pada Pokok Bahasan Fungsi. Online(http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-pencapaian-konsep.html, diakses tanggal 22 November 2009).

Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM.





















JAWABAN PERTANYAAN

1. Pengertian pembelajaran menurut AECT yaitu suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan terjadinya belajar pada diri pembelajar. Pembelajaran merupakan set khusus pendidikan.
2. Pengertian pembelajaran menurut Gagne adalah usaha pembelajar yang bertujuan untuk menolong pembelajar. Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi terjadinya proses belajar pebelajar. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi terjadinya belajar pebelajar, tidak selamanya berada di luar pebelajar, tetapi juga berada di dalam diri pebelajar.
3. Perbedaan antara pembelajaran dengan pengajaran, yaitu Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
4. Klasifikasi tujuan pembelajaran yaitu:
a. Tujuan umum pendidikan nasional, yakni: Pembentukan manusia seutuhnya (pancasilais). Tujuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan (umum, kejuruan, PT, non formal).
b. Tujuan institusional: Tujuan masing-masing lembaga pendidikan seperti SD, SLTP, SLTA, PT, PLS.
c. Tujuan kurikuler: Tujuan macam-macam bidang studi, seperti matematika, bahasa, agama, kesenian, dsb.
d. Tujuan pembelajaran: Tujuan program pembelajaran bidang studi tertentu pada masing-masing kelas atau tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran
5. Dua rumusan belajar dan pembelajaran sesuai dengan disiplin ilmu yaitu:
a. Tujuan belajar
- Setelah menelaah tes butir-butir pertama pancasila, pebelajar dapat menjelaskan kaitan antara butir pertama dengan butir kedua.
- Setelah mengamati berbagai tumbuh-tumbuhan di kebun percobaan sekolah pebelajar dapat membedakan antara tumbuh-tumbuhan yang bijinya berkeping satu dan berkeping 2
b. Tujuan pembelajaran
- Setalah pebelajar dibelajarkan dengan cara menelaah tes butir pertama pancasila, pebelajar dapat menjelaskan kaitan antara butir pertama dengan butir kedua.
- Setelah pebelajar dibelajarkan dengan cara mengamati tumbuh-tumbuhan di kebun percobaan sekolah, pebelajar dapat membedakan tumbuh-tumbuhan yang bijinya berkeping satu dan berkeping dua.
6. Pengertian unsu-unsur dinamis pembelajaran yaitu unsur-unsur yang dapat berubah atau diupayakan pembelajar dalam mengefektifkan dan mengefesienkan pelaksanaan pembelajaran.
7. Unsure-unsur dinamis pembelajaran yaitu:
- Bahan ajar. Pembelajar memiliki peranan penting dalam pemilihan dan penetapan bahan pelajaran.
- Suasana belajar: beberapa pertimbangan penting bagi pembelajar dalam rangka menciptakan suasana belajar, yaitu kenyamanan dari gedung sekolah. Suasana pergaulan seperti tertib dan akrabnya antar orangtua pebelajar, dan pegawai-pegawai. Adanya ruang belajar di rumah.
- Media dan sumber belajar: pembelajar sebagai perancang dan pengguna media dan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: (a)Media dan sumber belajar memiliki manfaat untuk mencapai sasarn belajar. (b)kemampuan pebelajar dalam mendesain dan memproduksi media dan sumber bahan ajar sesuai dengan bahan pelajaran yang diajarkan.(c) pebelajar dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada disurat kabar, majalah, radio, televise, museum, kantor-kantor dan sejenisnya untuk pokok bahasan tertentu.
- Guru sebagai subjek pembelajaran: guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
• Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh.
• Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.
• Bertindak sebagai guru yang mendidik.
• Meningkatkan profesinalisme keguruan.
• Dalam berhadapan dengan pebelajar, guru berperan sebagai fasilitator belajar, pembimbing belajar, dan pemberi balikan belajar.
8. Indikasi belajar pembelajaran menurut Gagne, yaitu
a. Mengarahkan perhatian.
b. Pemberitahuan tujuan yang telah dicapai
c. Merangsang timbulnya ingatan tentang kemampuan atau pegetahuan yang dipersyaratkan telah dipelajari.
d. Menyampaikan bahan pelajaran yang dijadikan rangsangan
e. Memberikan petunjuk atau tuntunan dalam kegiatan belajar
f. Memancing penampilan pebelajar
g. Memberikan balikan
h. Menilain penampilan atau hasil belajar
i. Merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer hasil belajar.
9. Peranan guru dalam pembelajaran, yaitu:
a. Sebagai komunikator. Guru sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, agar pebelajar menguasai materi pelajaran yang diajarkan.
b. Sebagai informatory. Guru sebagai pelaksana dengan beberapa cara mengajar, yaitu informative, praktis dan studi lapangan secara akademik, maupun umum.
c. Sebagai organisator. Guru sebagai pengelola kegiatan akademik seperti silabus, workshop, jadwal pelajaran, dan sebagainya.
d. Sebagai motivator. Peranan ini sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar pebelajar. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi pebelajar, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas sehingga terjadi dinamika di dalam proses pembelajaran.
e. Sebagai pengarah/director. Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol.
f. Sebagai inisiator. Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
g. Sebagai transmitter. Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
h. Sebagai fasilitator. Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas untuk kemudahan pembelajaran, menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi dalam pembelajaran akan berlangsung secara efektif.
i. Sebagai mediator. Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, mediator juga dapat diartikan perancang, pengembang dan penyedia media serta cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.
j. Sebagai evaluator. Sebagai peranan akhir kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melakukan evaluasi. Dalam hal ini guru mempunyai otoritas untuk menilai keberhasilan pembelajaran.
10 Prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, yaitu:
a. Menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan
b. Kesehatan dan kondisi jasmani
c. Sifat kepribadian dan penguasaan diri
d. Mengerti sifat dan perkembangan manusia.
e. Pengetahuan/kemampuan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
f. Toleransi budaya, agama dan suku bangsa
g. Peningkatan profesi dan budaya
11. Ciri-ciri pembelajaran yang efektif, yaitu
a. Kecakapan membimbing belajar
b. Ramah tamah dan simpatik
c. Berencana dengan baik
d. Kerjasama
e. Memberi saran dan anjuran
f. Demokrasi
g. Merangsang
h. Memperhitungkan pengalaman masa lampau pebelajar
i. Progresif
j. Mendiagnosa kesulitan belajar
k. Menyembuhkan (remedial)
l. Memberi kebebasan kepada pebelajar
12. Pengertian istilah model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan.
13. Karakteristik umum setiap model pembelajaran
a. Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsep memiliki 3 tahap kegiatan, yaitu:
- Penyajian data dan identifikasi konsep
- Mengetes pencapaian konsep
- Menganalisis strategi berpikir
b. Model latihan penelitian
Menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini memiliki 5 tahap sebagai berikut :
- Menghadapkan masalah
- Mencari dan mengkaji data
- Mengkaji data dan eksperimentasi
- Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan
- Menganalisis proses penelitian.
c. Model pertemuan kelas
menurut Joyce dan Weil, 1986 model ini memiliki 6 tahap sebagai berikut:
- Membangun iklim keterlibatan
- Menyajikan masalah untuk didiskusikan
- Membuat keputusan nilai personal
- Mengidentifikasi pilihan tindakan
- Membuat komentar
- Tindak lanjut perilaku
d. Model latihan laboratories
- Tahap ketergantungan: hubungan dengan kekuasaan sebagai isu pokok.
- Tahap saling ketergantungan: Peduli terhadap orang lain dan kerjasama memecahkan masalah umum.
e. Model penelitian social
Model ini terdiri atas 6 tahap sebagai berikut:
- Orientasi sebagai langkah untuk membuat pebelajar menjadi peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah yang akan menjadi pusat penelitian.
- Perumusan hipotesis
- Penjelasan dan pendefenisian istilah yang ada dalam hipotesis
- Eksplorasi dalam rangka menguji hipotesis.
- Pembuktian dengan cara pengumpulan data yang bersangkut paut dengan esensi hipotesis.
- Merumuskan generalisasi berupa pernyataan yang memiliki tingkat abstraksi yang luas yang mengaitkan beberapa konsep yang erat kaitannya dengan hipotesis.
f. Model kontrol diri
menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini memiliki 5 tahap sebagai berikut:
- Perumusan perilaku akhir.
- Mengkaji perilaku
- Merumuskan kontingensi
- Melembagakan program
- Mengevaluasi program
g. Model simulasi
menurut Joyce dan Weil, 1986. Model ini terbagi atas 4 tahap yaitu:
- Orientasi
- Latihan bagi peserta
- Proses simulasi
- Pemantapan atau debriefing.


14. Model pencapaian konsep
Pembelajaran model pencapaian konsep suatu strategi mengajar bersifat induktif didesain untuk membantu siswa dari semua usia dalam mengikuti pemahaman mereka terhadap konsep yang dipelajari dan melatih menguji hipotesis. Dalam penerapan pembelajaran model pencapaian konsep mengandung dua tujuan utama yaitu : Tujuan isi dan tujuan pengemabangan berpikir kritis siswa. Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pelajaran menggunakan model pencapaian konsep yaitu : Menetapkan materi, prntingnya tujuan pembelajaran yang jelas, memilih contoh dan non contoh, dan mengurutkan contoh.
Dalam pembelajaran model pencapaian konsep terdapat 4 fase yang harus terpenuhi yaitu : fase 1 (penyajian contoh), fase 2 (analisis hipotesis), fase 3 (penutup), fase 4 (penerapan).

Senin, 18 Januari 2010

makalah kimia pangan

BAB I
PERMASALAHAN

Makalah mengenai “pengembang” terkhusus dalam bidang pangan ini akan membahas jenis-jenis pengembang dalam makanan, bagaimana prinsip kerja dari bahan tersebut sehingga dapat membuat makanan menjadi mengembang. Dalam kehidupan sehari-hari kita hanya melihat bahan baku pembuatan kue adalah tepung terigu, gula, margarin, telur, susu dan bahan pengisi seperti cokelat, keju, vanila, dan seterusnya. Tak banyak yang tahu bahan tambahan pada sepotong kue. Kalaupun tahu, tak banyak yang paham unsur pembentuk bahan pengembang kue tersebut, sejauh mana peranan pengembang tersebut sehingga dapat membuat makanan menjadi mengembang. Dalam kehidupan terkadang banyak masyarakat khususnya kaum ibu rumah tangga yang menganggap bahwa baking soda dan backing powder itu sama. Namun pada kenyataannya kedua bahan pengembang ini berbeda. Inilah juga salah satu yang akan kami bahas dalam makalah kami mengenai perbedaan antara baking soda dan baking powder, produk kue yang mana yang menggunakan bahan pengembang ini. Seperti yang kita ketahui bahwa bahan pengembang merupakan zat aditif, timbul pertanyaan bagi kami, apakah bahan pengembang juga mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan, seperti zat-zat aditif yang lain? Selain disini kami melakukan penelitian sederhana di tiga Sekolah Dasar, yang kami teliti adalah jenis-jenis pengembang apa saja yang para penjual jajanan pakai, terutama pemakaian baking soda atau baking powder yang selama ini banyak masyarakat yang menganggapnya sama. Hal – hal demikian inilah yang akan kami ulas pada makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengembang adonan merupakan salah satu zat aditif makanan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk memantapkan bentuk dan rupa hasil pengolahan.
Bahan pengembang adalah bahan tambahan pangan yang digunakan dalam pembuatan roti dan kue yang berfungsi untuk mengembangkan adonan supaya adonan menggelembung, bertambah volumenya, demikian juga pada saat adonan dipanggang dapat lebih mengembang. Jika bahan pengembang dicampurkan kedalam adonan maka akan terbentuk gas karbon dioksida, gas inilah yang kemudian terperangkap didalam gluten (komponen protein yang ada dalam tepung terigu) sehingga adonan menjadi mengembang karena gas yang dihasilkan semakin lama akan semakin banyak.
Bahan pengembang adonan dapat di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Bahan pengembang mikroorganisme misalnya ragi atau starter.
b. Bahan pengembang kimiawi: soda kue, baking powder, VX, sodium alumunium fosfat, atau monocalcium fosfat , garam asam K-tartrat, Na-aluminiumsulfat, glukano-δ-lakton.
A. Bahan Pengembang Mikroorganisme
Selama ini banyak orang yang memiliki anggapan salah bahwa khamir sama dengan ragi. Pengertian tersebut disebarkan oleh orang-orang yang tidak mengerti secara mendalam tentang mikrobiologi. Ragi, atau dalam bahasa Inggris disebut starter, merupakan inokulum yang ditambahkan ke dalam suatu substrat sehingga substrat tersebut akan berubah, atau mengalami fermentasi. Pada umumnya, ragi yang digunakan oleh orang Indonesia untuk membuat makanan fermentasi, seperti tape dan tempe, mengandung lebih dari satu jenis mikroorganisme, baik khamir, kapang, maupun bakteri. Khamir, atau yeast dalam bahasa Inggris, adalah mikroorganisme uniseluler yang masuk ke dalam Kingdom Fungi. Anggota kingdom tersebut lainnya yang membentuk jaringan hifa (miselium) disebut kapang (mould), sedangkan yang membentuk badan buah (fruiting body) yang terlihat jelas oleh mata disebut cendawan (mushroom) (Miftahul. 2009).

Menurut Nuri Andarwulan (2009), ada tiga jenis ragi yang umum dikenal, yaitu:
1. Ragi tapai yang berbentuk padatan bulat pipih berwarna putih.
2. Ragi roti berbentuk butiran.
3. Ragi tempe berbentuk bubuk.
Ragi roti dan ragi tapai mengandung khamir yang sama yaitu saccharomices cerevisiae. Bedanya ragi tapai dibuat dengan penambahan bumbu-bumbu dan mikroorganisme lain, sehingga tidak hanya khamir tetapi ada juga beberapa jenis bakteri lain.
Ragi tape yang digunakan sebagai inokulum mengandung jumlah total mikroba sebanyak 1,6 x 107 CFU/gram. Adapun isolat-isolat yang diperoleh dari ragi tersebut terdiri atas 4 macam isolat mikroba, yaitu dua isolat kapang dari genus Rhizopus dan dua isolat khamir yaitu satu dari genus Saccharomyces dan satu dari genus Schizosaccharomyces (Nur. 2008)
Sesuai dengan kandungan mikroba yang terdapat pada ragi tersebut, maka peranan mikroorganisme dalam proses fermentasi dibagi menjadi dua berdasarkan tahap fermentasi, yaitu:
1. Tahap I
Selama proses fermentasi kapang akan mengubah pati menjadi gula sederhana. Kapang menghasilkan enzim-enzim α-amilase, β-amilase dan glukoamilase,
2. Tahap II
Setelah terbentuk gula maka khamir akan mengubah gula menjadi alcohol, karbondioaksida dan senyawa lain. Khamir ini akan menghasilkan enzim invertase, zimase, karboksilase, maltase, melibiose, heksokinase, L-laktase, dehidrogenase, glukose-6-fosfat dehidrogenase dan alkohol dehidrogenase.
Pada roti, Ragi ini akan bekerja bila ditambahkan dengan gula dan kondisi suhu yang hangat. Kandungan karbondioksida yang dihasilkan akan membuat suatu adonan menjadi mengembang dan terbentuk pori - pori.
Ragi untuk tempe berbeda dengan dari untuk roti dan untuk tapai. Ragi yang digunakan disini merupakan jenis kapang atau jamur yang bias membentuk benang-benang halus. Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas.
Ada 2 jenis ragi yang ada dipasaran yaitu:
1. Ragi kering. Jenis ragi kering ini ada yang berbentuk butiran kecil - kecil dan ada juga yang berupa bubuk halus. Jenis ragi yang butirannya halus dan berwarna kecokelatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan roti. Lain halnya dengan ragi kering jauh lebih praktis dalam penggunaannya. Aroma yang dihasilkannya pun tidak terlalu cocok karena memang khusus untuk pembuatan roti. Dalam penggunaannya, hampir semua orang lebih suka menggunakannya karena tinggal dicampur dengan adonan. Ragi roti bisa diperoleh dipasar tradisional, swalayan, ataupun toko bahan kue. Ragi kering yang terbentuk butiran dan bubuk ini bisa membuat adonan roti menjadi mengembang, empuk dan mulur. Untuk pemakaiannya, ragi kering bentuknya butiran harus dicampur dengan air hangat dan gula agar terbentuk 'adonan biang' sebelum dicampur dengan adonan tepung. Sedangkan ragi kering yang bentuknya butiran halus atau ragi instan, cara pemakaiannya bisa langsung dicampur dalam adonan tepung, gula, air dan bahan lainnya.
2. Ragi Padat. Sedangkan ragi padat yang bentuknya bulat pipih, sering digunakan dalam pembuatan tapai sehingga banyak orang menyebutnya dengan ragi tapai. Ragi ini dibuat dari tepung beras, bawang putih dan kayu manis yang diaduk hingga halus, lalu disimpan dalam tempat yang gelap selama beberapa hari hingga terjadi proses fermentasi. Setelah tumbuh jamur yang berwarna putih susu kemudian ragi ini dijemur kembali hingga benar - benar kering. Ragi padat memiliki aroma yang sangat tajam dengan aroma alkohol yang sangat khas. Ragi tapai banyak dijumpai dipasar tradisional bagian rempah atau bumbu dapur. Ragi padat, selain dimanfaatkan untuk fermentasi pembuatan tapai terkadang juga untuk mengempukan ikan atau membuat pindang bandeng. Dalam penggunaannya, ragi padat harus dihaluskan sebelum ditaburkan dalam bahan lainnya. Ragi padat, selain dimanfaatkan untuk fermentasi pembuatan tapai terkadang juga untuk mengempukan ikan atau membuat pindang bandeng. Dalam penggunaannya, ragi padat harus dihaluskan sebelum ditaburkan dalam bahan lainnya.
Dengan memperhatikan aktivitas yeast yang sangat reaktif dan beragam terhadap bahan makanan, maka dapat dikatakan yeast mempunyai potensi yang besar selain sebagai agen fermentasi, dapat memberi perubahan yang sangat signifikan baik dalam rasa, aroma maupun tekstur dari pangan tersebut. Seperti kita lihat selain pada pembuatan roti dan minuman yang beraroma alkohol, atau dari sayur dan buah fermentasi secara umum pemanfaatan yeast dalam mengembangkan produk pangan dapat diketahui seperti di bawah ini :
a. Susu dan produk olahannya
Produk Yeast spesies
Susu segar, pasteurisasi Rhodotorula spp., Candida famata, C. diffluens, C. curvata, Kluyveromyces marxianus, Cryptococcus flavus.
Mentega Rhodotorula rubra, R. glutinis, Candida famata, C. diffluens, C. lipolytica, Cryptococcus laurentii.
Yogurt Kluyveromyces marxianus, Candida famata,

Debaryomyces hansenii, Saccharomyces cerevisiae,
Hansenula anomala.
Keju Cottage dan segar Kluyveromyces marxianus, C. lipolytica, Candida famata

dan Candida yang lain, Debaryomyces hansenii,
Cryptococcus laurentii, Sporobolmyces roseus.
Keju lunak dimatangkan

dengan jamur (mold) Kluyveromyces marxianus, Candida famata, Candida

lipolytica, Pichia membranafaciens, P. fermentans,
Debaryomyces hansenii, Saccharomyces cerevisiae,
Zigosaccharomyces rouxii.
b. Daging dan produk olahannya
Produk Yeast spesies
Daging segar merah dan unggas Candida spp., Rhodotorula spp., Debaryomyces spp., Trichosporon (jarang diteliti).
Daging Domba beku Cryptococcus laurentii, Candida zeylanoides,
Trichosporon pullulans.
Daging kalkun beku Cryptococcus laurentii, Candida zeylanoides.
Daging potong atau cincang Candida lipolytica, C. zeylanoides, C. lambica, C. sake, Cryptococcus laurentii, Debaryomyces hansenii, Pichia membranaefaciens.
Daging yang diolah (sosis, ham) Debaryomyces hansenii, Candida spp., Rhodotorula spp.
Sumber: http://hasanah619.wordpress.com/2009/10/27/morfologi-kapang-dan-khamir/
B. Bahan Pengembang Kimiawi
Zat pengembang adonan merupakan zat kimia yang akan terurai dengan menghasilkan gas dalam adonan roti. Pada saat kue atau roti dipanaskan dalam oven, zat ini akan menghasilkan gelembung gas karbon dioksida. Gelembung gas karbondioksida bersama udara dan uap air membuat kue atau roti mengembang dengan struktur berpori-pori.
Contoh zat pengembang adalah soda kue atau Natrium bikarbonat (NaHCO3), garam asam K–Tartrat, Na—Aluminium sulfat, glukanolakton, serta garam fosfat. Tepung soda kue merupakan bahan pengembang adonan yang umum digunakan. Bahan ini terdiri dari NaHCO3 dan tepung. Soda kue terdiri dari dua macam yaitu soda kue aktifitas cepat dan aktifitas lambat. Perbedaannya terletak pada kemudahan pelarutan komponen asam atau pembentukan asam dalam air. Soda kue aktifitas cepat terbuat dari dua macam asam yaitu asam tartrat dan garam asam K-tartrat yang mudah larut dalam air dingin, karena itu kecepatan pelepasan CO2 lebih cepat.
Reaksi soda kue aktifitas cepat adalah:
H2O + 2 NaHCO3 + H2C4N4O6 ——————> Na2C4H4O6 + 2CO2 + 2H2O
Asam tartrat Natrium tartrat
Soda kue aktifitas lambat mengandung Ca(HPO4) 2. H2O dan Na2SO4. Al2(SO4)3. Garam Ca(HPO4)2H2O tidak begitu larut dalam air dingin sehingga kecepatan pelepasan CO2 juga rendah (Rezza.2009).
Baik baking soda ataupun baking powder adalah bahan pengembang yang ditambahkan ke dalam adonan kue sebelum dimasak untuk menghasilkan gas karbon dioksida yang dapat mengembangkan kue. Baking powder mengandung baking soda, tetapi kedua bahan tersebut digunakan dalam kondisi yang berbeda.
Mungkin banyak yang bingung antara baking powder dengan soda kue. Dan kadang ada yang bilang keduanya sama-sama antara fungsi dan kegunaannya. Akan tetapi menurut kami jelas sangat sangat berbeda. Hal ini terlihat dari fisikya jika kita membeli bahan kue tersebut. Perbedaan yang mencolok jika kita raba (baking powder) halus seperti tepung terigu, sedangkan (soda kue ) agak sedikit ada butiran kecil. Dari bau yang dihasilkan juga kentara apabila kedua bahan tersebut di gunakan untuk bahan kue. Jika terlalu banyak baking powder maka kue akan mekar sekali, dan apabila terlalu banyak soda kue bau yang dihasilkan sedikit agak menyengat, dan rasanya (soda kue) kebanyakan akan terasa sedikit pahit.
1. Baking powder
Baking powder adalah bahan pengembang (leavening agent) yang terdiri dari campuran sodium bicarbonat, satu atau lebih bahan pengembang lainnya seperti sodium aluminium fosfat atau monocalcium fosfat serta bahan yang bersifat inert seperti pati. Bahan yang bersifat inert ini ditambahkan pada campuran tersebut untuk menjaga komponen- komponen campuran tersebut tidak terpisah secara fisik serta meminimalkan terjadinya reaksi yang premature. Proses atau sumber bahan yang digunakan untuk menghasilkan baking powder dari segi kehalalannya aman. Baking powder tidak hanya terdiri dari sodium karbonat saja, tetapi di dalamnya terdapat juga bahan pengasam (krim tartar) dan bahan pengering (biasanya pati) (Anonim. 2009).
Kebanyakan komersial bubuk baking powder tersedia terdiri dari komponen basa (biasanya baking soda), satu atau lebih asam garam, dan inert pati (tepung jagung dalam banyak kasus, meskipun tepung kentang juga dapat digunakan). Baking soda adalah sumber karbon dioksida, dan reaksi asam-basa lebih akurat digambarkan sebagai dekomposisi diaktifkan asam soda kue, yang dapat secara umum digambarkan sebagai
NaHCO3 + H+ → Na+ + CO2 + H2O
Inert pati yang memiliki beberapa fungsi dalam baking powder. Terutama digunakan untuk menyerap kelembaban, dan dengan demikian memperpanjang hidup dengan menjaga rak serbuk-serbuk alkali dan asam komponen dari reaksi prematur.

Ada dua jenis baking powder yang tersedia antara lain:
a. single-acting baking powder. Single-acting baking powder akan bersifat aktif jika dicampur dengan air dan bereaksi hanya dalam satu tahap saja, Single-acting baking powder yang biasa disebut baking powder saja diaktifkan oleh cairan adonan, jadi adonan dengan bahan ini harus segera dipanggang sesudah pengadukan/pencampuran/mixing.
b. Double-acting powders atau biasa disingkat BPDA (baking powder double action) bereaksi dalam dua tahap dan dapat bertahan beberapa saat (menunggu giliran) sebelum dipanggang. Reaksi pertama adalah ketika baking powder ditambahkan ke adonan dan menjadi terbasahi. Asam bereaksi dengan soda menghasilkan gas karbondioksida. Reaksi ke dua terjadi saat adonan diletakkan di dalam oven. Sel-sel gas mengembang dan menyebabkan adonan naik. Karena reaksi yang terjadi ada 2 tahap itulah adonan bisa mengantri di luar oven selama kurang lebih 15-20 menit tanpa kehilangan daya kembangnya.
2. Baking Soda
Baking soda bernama kimia natrium/sodium bicarbonate (NaHCO3). Ketika baking soda dicampur dengan air atau bahan yang bersifat asam (misal: yogurt, coklat, madu, buttermilk, dll), maka akan terjadi reaksi kimia yang menghasilkan gelembung gas karbon dioksida yang bertambah banyak ketika kue dioven sehingga pada akhirnya kue mengembang dengan sangat baik karena membuat jutaan gelembung gas karbon dioksida yang masing-masing berukuran kecil. Gekembung-gelembung gas tersebut dilepas dalam adonan yang masih basah yang kemudian memuai karena panas oven dan setelah adonan mengeras gelembung-gelembung itu terperangkap ditempat masing-masing. Akibatnya sesuai dengan harapan kita mendapatkan cake yang seperti spons yang ringan (Anonim 2009).
Baking soda adalah basa, dia menimbulkan efek rasa sedikit pahit kecuali dipertemukan dengan suasana asam dari bahan lain, seperti buttermilk. Baking soda biasanya dipakai dalam resep kue kering. Untuk kue kering, soda kue memberikan efek rasa kering, rasa garing dan renyah pada cookies/kue kering.
Apakah baking soda bisa diganti dengan baking powder (atau sebaliknya)?
Jika tidak tersedia baking soda, maka baking powder bisa digunakan sebagai penggantinya, akan tetapi kita akan memerlukan baking powder dalam jumlah yang lebih banyak dan hal tersebut bisa mempengaruhi rasa. Sebaliknya, jika dalam resep makanan di sebutkan menggunakan baking powder, maka tidak dapat diganti dengan baking soda. Kenapa demikian? karena pada baking soda tidak mengandung bahan pengasam sehingga jika dipaksakan, maka kue yang kita buat tidak akan mengembang. Namun jangan terlalu khawatir, kita bisa membuat baking powder sendiri jika kita mempunyai baking soda dan krim tartar. Caranya cukup sederhana, yaitu dengan mencampurkan 2 bagian krim tartar dengan 1 bagian baking soda (Anonim. 2009).
Terkadang kita juga mendapati resep makanan yang menggunakan baking soda maupun baking powder, sehingga kalo resepnya memakai baking powder dan baking soda maka yang lebih bekerja sebagai bahan pengembang adalah baking powdernya. Baking soda ditambahkan untuk menetralkan asam dalam resep dan menambah lembut dan juga sedikit mengembangkan. Dan dipastikan baking powder atau baking soda ini homogen dalam adonan, dengan cara diayak atau dicampurkan dengan bahan kering yang lain. Biasanya diayak bersama-sama dengan terigu. Terlalu banyak menambahkan baking powder menimbulkan rasa pahit, kue mengembang dengan cepat tapi kemudian kempes. Gelembung udara dalam adonan membesar dan pecah, mengakibatkan kue kempes. Akan tetapi Bila baking powder terlalu sedikit, volume kue kecil, tidak mengembang dan padat).
3. Cream of Tartar
Cream of tartar dalah bahan yang digunakan untuk mengatur keasaman dalam bahan pengembang Cream of tartar merupakan garam potassium (kalium) dari asam tartaric, yang berbentuk kristal atau powder, sehingga memiliki nama kimia sebagai potassium tartaric acid, atau potassium hydrogen tartrate dan potassium bitartrate. Berfungsi untuk mengeluarkan gas karbon dioksida sehingga menghasilkan volume roti yang baik. Selain itu memiliki fungsi untuk mengatur “taste” pada icing sugar, digunakan pada produk-produk baking, crackers. Dari segi kehalalannya, bahan ini dapat berasal dari pembuatan minuman beralkohol yang kemudian direaksikan dengan potassium. Membantu mengeluarkan gas di dalam adonan cake sehingga cake lebih mengembang. biasanya digunakan saat mengocok putih telur agar lebih kaku. kandunganya merupakan garam potassium (kalium) dan asam tartaric.
4. VX
Bahan tambahan pangan lain yang digunakan dalam pembuatan kue adalah VX. Kandungan atau komposisi VX adalah sodium bicarbonat, sodium acid pirofosfat dan bahan pengisi seperti pati jagung. Bentuknya berbeda dengan TBM, SP dan Ovalet yaitu berbentuk serbuk putih. Jika ditinjau dari komposisi yang dikandungnya maka VX berfungsi sebagai pengembang bukan sebagai pelembut sebagaimana klaim yang ada pada kemasannya. Jika ditinjau dari komposisi bahan yang dikandungnya, maka dari segi kehalalannya produk ini aman.


Data Penggunaan Jenis Pengembang dalam Jajanan di Sekolah Dasar
Nama Sekolah Dasar Jenis Jajanan/Kue Jenis Pengembang
SD Negeri 1 dan 2 Malengkeri 1. Donat

2. Panada


3. Crepes
4. Onde-Onde Jawa 1. Ragi Instan(Fermipan)
2. Ragi Instan(Fermipan)
3. Baking Powder
4. Cream Of Tartar
SD Negeri 1 dan 2 Parangtambung 1. Berbagai Jenis Roti

2. Bagea
3. Bolu mangkok
4. Bolu Gula Merah
5. Bakpia 1. Ragi Instan(Fermipan)
2. Baking Soda
3. Baking powder
4. Cream of Tartar
5. Baking Soda
SD INPRES Hartako 1. Panada

2. Apang

3. Donat


4. Bakwan 1. Ragi instan(Fermipan)
2. Ragi instan(Fermipan)
3. Ragi Instan(Fermipan)
4. Cream of Tartar

Dari data di atas terlihat bahwa para produsen dari jajanan yang ada di tiga sekolah dasar pemakaian pengembang untuk masing-masing kue yang dibuat sudah benar, produsen sudah tau membedakan kue mana yang seharusnya memakai ragi, baking powder, baking soda dan cream of tartar atau nama yang lazim untuk masyarakat awam di Makassar yaitu potasa dan kita sebagai warga kimia mengenalnya sebagai potassium tartaric acid, atau potassium hydrogen tartrate dan potassium bitartrate. Walaupun demikian, untuk mengorek informasi dari para produsen tersebut tidaklah muda. Mereka seakan-akan takut memberi komentar/keterangan mengenai bahan pengembang yang mereka gunakan, ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat sebagian mereka menganggap bahan pengembang juga mengandung zat-zat yang membahayakan seperti misalnya formalin yang terkadang ditambahkan dalam pembuatan makanan, padahal bahan-bahan ini bukanlah zat beracun kecuali dalam mie instan, seperti yang kita ketahui bahan pengembang merupakan salah satu contoh dari zat aditif yang sengaja ditambahkan pada waktu pengolahan makanan. Dalam mie instan digunakan bahan pengembang natrium tripolifosfat. Dengan digunakannya bahan pengembang yang mengandung natrium ini maka akan menambah kadar natrium yang terdapat dalam mie instan. Natrium yang terkandung dalam mie instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Natrium tripolifosfat, mencapai 1% dari bobot total mie instan per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita maag dan hipertensi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip dari bahan pengembang seperti ragi, baking soda, baking powder, cream of tartar, dan VX yang cukup lazim digunakan oleh masyarakat dalam membuat kue seperti roti, cokies atau cake adalah adanya gas karbondioksida yang terperangkap didalam gluten (komponen protein yang ada dalam tepung terigu) sehingga adonan menjadi mengembang karena gas yang dihasilkan semakin lama akan semakin banyak.
2. Pengembang pada makanan dibedakan menjadi dua macam yaitu
a. Bahan pengembang mikroorganisme misalnya ragi roti, ragi tape, dan ragi tempe.
b. Bahan pengembang kimiawi misalnya baking soda, baking powder yang terbagi menjadi dua yaitu single-acting baking powder dan Double-acting powders, cream of tartar, dan VX.
B. Saran
Untuk para pembaca yang telah membaca makalah kami diharapkan nantinya dapat menggunakan bahan pengembang dengan benar sesuai dengan bahan-bahan yang terkandung dalam adonan agar kue yang dihasilkan sesuai yang diinginkan tidak timbul rasa pahit ataupun kue yang volumenya kecil dan padat.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Waspadai Bahan Pembuat Kue. Online (Http://forumhalal.wordpress.com/2008/08/01/waspadai-bahan-pembuat-kue/, diakses tanggal 17 Desember 2009).

Anonim. 2009. Apa Itu Ragi?. Online (http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.yeastgenome.org/VL-what are yeast.html&ei=kqYnS8SHLs2L, diakses tanggal 17 Desember 2009).

Anonim. 2009. Lebih Jauh Lagi tentang Ragi. Online (http://www.femina-online.com/kuliner/tips_detail.asp?id=16&views=28, diakses tanggal 17 Desember 2009).

Anonim. 2009. Pengetahuan Bahan Makanan. Online (http://phitry-kawaii.blogspot.com/2009/11/pengetahuan-bahan-makanan.html, diakses tanggal 17 Desember 2009).

Hasanah. 2009. Morfolgi Kapang dan Khamir. Online (http://hasanah619.wordpress.com/2009/10/27/morfologi-kapang-dan-khamir/, diakses tanggal 21 Desember 2009).

Ilmi, Miftahul. 2009. Ragi Tidak Sama dengan Khamir. Online (http://milmi.staff.ugm.ac.id/?p=117, diakses tanggal 19 Desember 2009).

Maharani, Rezza Dwi. 2009. Zat Pengembang Adonan. Online (http://cha004.wordpress.com/2009/11/17/zat-pengembang-adonan/, diakses tanggal 21 Desember 2009).

Natalie. 2009. Baking Soda VS Baking Powder. Online (http://n4tali3.multiply.com/journal/item/9/BAKING_SODA_VS_BAKING_POWDER, diakses tanggal 23 Desember 2009).

Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: UI-Press.


DAFTAR BACAAN

Anonim. 2009. Bahan Pengembang. Online(http://pagiph.tripod.com/artikel5.
Htm, diakses tanggal 17 Desember 2009).

Anonim. 2009. Mengenal Ragi dan Fungsinya. Online (http://www.lautan
Indonesia.com/serbarasa/artikel/in-topic/mengenal-ragi-dan-fungsinya, diakses tanggal 21 Desember 2009).

Anonim. 2009. Perbedaan Baking Powder dengan Soda Kue. Online (http://www.kuebasah.com/perbedaan-baking-powder-dengan-soda-kue.html, diakses tanggal 23 Desember 2009).

Anonim. 2009. Tentang Ragi dan Cake Emulsifier. Online (http://www.halalguide.info/2009/03/06/tentang-ragi-dan-cake-emulsifier/, diakses tanggal 20 Desember 2009).

Sekarsari. 2009. Beda antara Baking Powder dan Baking Soda. Online(http://sekarsari.multiply.com/journal/item/20/Beda_antara_baking_powder_baking_soda, diakses tanggal 23 Desember 2009).