DIMENSI PENGETAHUAN
Konsep-konsep
pembelajaran yang belakangan berkembang terfokus pada proses-proses aktif,
kognitif dan konstruktif dalam pembelajaran yang bermakna.Pembelajar (learner) diasumsikan sebagai pelaku
yang aktif dalam aktifitas belajar. Mereka memilih informasi yang akanmereka
pelajari, mengkonstruksi makna berdasarkan informasi ini. Mereka bukan orang
yang hanya menerima pasif, bukan pula hanya merekam informasi yang disuguhkan
kepada mereka oleh orang tua, guru, buku pelajaran, atau media massa. Ini
merupakan perubahan dari pandangan pasif tentang pembelajaran ke pandangan
kognitif dan konstruktif yang menekankan apa yang siswa ketahui (pengetahuan)
dan bagaimana mereka berpikir (proses kognitif) tentang apa yang mereka ketahui
ketika terlibat aktif dalam pembelajaran yang bermakna.
Ada
empat jenis pengetahuan yang dipaparkan dalam dimensi pengetahuan antara lain: (1) Pengetahuan faktual, (2) Pengetahuan
konseptual, (3) Pengetahuan Prosedural, (4) Pengetahuan Metakognitif. Jenis
pengetahuan ini sangat membantu para pendidik memutuskan apa yang perlu
diajarkan. Tingkat spesifikasi ini memungkinkan empat jenis pengetahuan
tersebut diterapkan untuk semua tingkat kelas dan mata pelajaran.Sebagian
tingkat kelas dan atau mata pelajaran mungkin memiliki lebih banyak tujuan yang
diklasifikasikan, misalnya ke dalam Pengetahuan
Konseptual. Memang ini juga dipengaruhi oleh salah satu faktor atau
beberapa faktor berikut: materi pelajaran, pandangan tentang siswa dan cara
belajar mereka, pandangan guru tentang materi pelajaran.
1. Membedakan
antara pengetahuan dan konten materi subjek
Untuk mengetahui perbedaaan pengetahuan
dan konten materi subjek, dapat dilihat dari ilustrasi yang terdiri dari empat
guru.Dan tujuan-tujuan pendidikannya dirumuskan untuk satu unit pelajaran
tentang Macbeth, sebuah karya
William Shakespeare. Setiap tujuan pembelajaran ini mengandung pandangan yang
berbeda tentang apa yang harus siswa pelajari dalam unit pelajaran itu. Pada
kenyataannya, ke empat guru tersebut merumuskan banyak tujuan, tetapi
contoh-contoh tujuan yang disajikan disini menunjukkan bagaimana guru-guru itu
terfokus pada tujuan-tujuan yang merefleksikan jenis-jenis pengetahuan yang
berbeda.
-Mrs.Patterson
berpandangan bahwa siswa-siswanya harus mengetahui nama-nama tokoh dalam drama
tersebut dan hubungan antara tokohnya (saling bermusuhan). Siswa harus
mengetahui detail-detail alur (plot)-nya dan mereka pun mesti mengetahui siapa
tokoh yang mengatakan apa, sampai mereka hafal ucapan-ucapan pentingnya. Hal
ini merupakan cara mengajarkan pengetahuan
faktual kepada siswa.
-Ms.
Chang berpendapat bahwa dengan membaca drama tersebut mendorong siswa-siswanya
belajar konsep-konsep penting tentang ambisi, pahlawan tragis, dan ironi.Dan
juga tertarik untuk memotivasi siswanya mengetahui hubungan diantara
konsep-konsep itu.Menurutnya, dengan fokus pada konsep-konsep tersebut dan
hubungan antarkonsep itu menjadikan drama tersebut hidup di mata
siswa-siswanya.Dan meminta siswanya untuk menghubungkan kehidupan nyata dengan
konsep-konsep itu untuk memahami perilaku manusia.Hal ini merupakan cara
mengajarkan pengetahuan konseptual
kepada siswa.
-Mr.
Jefferson, mengatakan bahwa Macbeth sebagai salah satu drama dari karya sastra
Inggris.Ia ingin menggunakan Macbeth sebagai alat untuk mengajarkan kepada
siswa-siswanya bagaimana cara mengkaji drama secara umum. Mula-mula ia meminta
siswanya mendiskusikan alurnya, kemudian membahs hubungan-hubunga antar
tokohnya, lalu menangkap pesan-pesan yang disampaikan penulisnya, dan akhirnya
membahas bagaimana cara penulisan drama tersebut dan konteks kulturalnya. Hal
ini merupakan cara mengajarkan Pengetahuan
Prosedural kepada siswa.
-Mrs.
Weinberg, ingin siswa-siswanya mempelajari serangkaian prosedur umum atau
“alat” yang dapat mereka gunakan untuk mengkaji, memahami, menganalisis, dan
mengapresiasi drama-drama lain. Akan tetapi, menginginkan siswanya tak sekedar
menerapkan atau menggunakan alat tersebut secara mekanis atau otomatis.Ia
berharap mereka “memikirkan apa yang sedang mereka lakukan ketika menggunakan
alat tadi”, menjadi swa-reflektif dan metakognitif perihal bagaimana mereka
memakai alat tersebut. Ia berharap mereka belajar sesuatu tentang mereka
sendiri, barangkali ambisi atau kekuatan dan kelemahan mereka sendiri, dengan
memposisikan diri sebagai tokoh-tokoh dalam drama ini. Hal ini merupakan cara
mengajarkan Pengetahuan Metakognitif
kepada siswa.
Dalam
empat contoh di atas, isi dramanya sama. Namun, empat gurunya menyampaikan isi
ini dengan cara-cara yang berbeda, merumuskan tujuan-tujuan yang berbeda dan
menekankan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda pula. Semua materi pelajarannya
memiliki isi yang spesifik, dan bagaimana cara guru-guru menstrukturkan isinya
dalam tujuan-tujuan pendidikan dan aktifitas-aktifitas pembelajaran membuahkan
penekanan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda pada unit pelajarannya. Bagaimana
cara guru merumuskan tujuan-tujuan pendidikan, mengatur membelajaran mereka
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mengakses pembelajaran siswa.
Semuanya akan membuahkan hasil-hasil yang berbeda, sekalipun isi materi
pelajarannya sama persis.
2. Menjelaskan
perbedaan antara pengetahuan faktual dan konseptual
Dalam
psikologi kognitif, pengetahuan deklaratif biasanya diistilahkan dengan
“mengetahui bahwa”: mengetahui bahwa bogota adalah ibu kota Kolombia, atau
mengetahui bahwa persegi adalah bangunan dua dimensi yang ke empat sisinya sama
panjang. Pengetahuan ini boleh jadi merupakan (1) elemen-elemen isi tertentu,
seperti istilah dan fakta, atau (2) konsep, asas, model atau teori yang lebih
umum.
Dalam
revisi taksonomi pendidikan ini, dibedakan antara pengetahuan tentang
elemen-elemen isi yang memiliki ciri-ciri tersendiri (yakni istilah dan fakta)
dan pengetahuan tentang batang pengetahuan yang lebih besar dan lebih tertata
(yakni konsep, asas, model dan teori).
Istilah pengetahuan faktual untuk
menunjuk pengetahuan tentang informasi yang memiliki ciri-ciri tersendiri, dan
istilah pengetahuan konseptual untuk pengetahuan yang lebih kompleks dan
tertata.Sebagai guru dan pendidik lainnya perlu membedakan antara keduanya.
Hasil riset membuktikan
bahwa banyak siswa tidak menghubungkan antara fakta-fakta yang mereka pelajari
di kelas dan sistem ide yang lebih luas yang tercermin dalam pengetahuan
seorang pakardisiplin ilmu tertentu. Walaupun mengembangkan ilmu keahlian dalam
suatu disiplin ilmu dan mengembangkan berbagai cara pikir merupakan tujuan
penting dalam pendidikan,siswasering kali tidak belajar untuk menerapkan
fakta-fakta dan ide-ide yang mereka pelajari di kelas dalam rangka memahami
pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini dinamakan masalah
pengetahuan yang “lembam” (inert knowledge), yakni siswa tampak menguasai
banyak pengetahuan faktual tetapi sebenarnya mereka tidak memahaminya secara
mendalam atau tidak menyatukan atau tidak mengorganisasikannya secara
sistematis dan ketat.
Salah satu ciri seorang ahli atau
pakar adalah bahwa seorang ahli tidak hanya mengetahui banyak hal tentang
disiplin ilmunya, tetapi juga pengetahuannya tertata secara sistematis yang
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang materi kajiannya. Perpaduan antara
Pengetahuan Konseptual dan pemahaman
yang mendalam dapat membantu siswa untuk menerjemahkan apa yang telah mereka pelajari ke dalam
kehidupan nyata, sehingga mereka dapat mengatasi sebagian masalah pengetahuan
lembam.
3. Menjelaskan
rasionalisasi pengetahuan metakognisi
Pengetahuan
metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara umum sama halnya
dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang.
Penekanan kepada murid untuk lebih sadara dan bertanggung jawab untuk pengetahuan
dan pemikiran mereka sendiri. Perkembangan para murid akan menjadi lebih
sadar dengan pemikiran mereka sendiri
sama halnya dengan lebih banyak mereka mengetahui kesadaran secara umum, dan
ketika mereka bertindak dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung lebih baik
(Bransford, Brown, dan Cocking, 1999).
Istilah metakognisi telah digunakan
secara luas dan berlainan, dan perbedaan penggunaannya bertumpu pada dua
pengertian metakognisi, yakni (1) pengetahuan tentang kognisi dan (2)
pengontrolan, pemonitoran dan pengaturan metakognitif, serta (self–regulation).
Pengetahuan Metakognitif meliputi
pengetahuan tentang strategi umum yang dapat dipakai untuk beragam tugas,
kondisi-kondisi yang memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektifitas
strategi dan pengetahuan diri (self-knowledge).
Misalnya, siswa yang memiliki pengetahuan metakognitif berarti mengetahui
bermacam-macam strategi untuk membaca satu bab buku teks dan strategi untuk
mengecek pemahaman mereka saat membaca. Dan mengetahui kelemahan dan kelebihan
saat membaca dan memotivasi mereka untuk menyelesaikan tugas membaca
tersebut.Dengan pengetahuan Metakognitif dapat mendorong mereka untuk mengubah
pendekatan mereka dalam merampungkan tugas tadi.
Siswa juga mengetahui situasi,
kondisi dan budaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dalam konteks
tertentu (misalnya, di kelas, jenis tes, situasi dan sub kultur). Sebagai
contoh mereka tahu bahwa guru memberikan hanya tes piliha ganda, merekapun tahu
bahwa untuk mengerjakan tes pilihan ganda, mereka hanya perlu mengenali jawaban
yang tepat dan tidak perlu mengingat kembali informasi yang dibutuhkan dalan
tes essay. Dengan Pengetahuan Metakognitif
ini dapat mempengaruhi cara mereka mempersiapkan diri dalam menghadapi tes.
Alasan untuk menempatkan Pengetahuan Metakognitif sebagai
kategori pengetahuan keempat karena dua alasan.Pertama, pengontrolan metakognitif dan swaregulasi men;syaratkan proses kognitif yang merupakan
dimensi lain dalam Tabel Taksonomi. Pengontrolan metakognitif dan swaregulasi
melibatkan proses-proses seperti mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Maka
dari itu, memasukkan proses pengontrolan metakognitif dan swaregulasi ke dalam
dimensi proses kognitif tentu saja berlebihan. Kedua, Pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural yang
dimaksud dalam taksonomi Bloom merupakan isi mata pelajaran. Sebaliknya, Pengetahuan Metakognitif merupakan
pengetahuan tentang kognisi dan diri sendiri dalam kaitannya dengan berbagai
materi kajian, secara individual atau kolektif (yakni semua displin ilmu dalam
bidang akademis umum)
4. Mengkategorikan
dimensi pengetahuan factual
Pengetahuan
faktual meliputi elemen-elemen dasar yang para ahli gunakan dalam menyampaikan
disiplin ilmu akademis mereka, memahaminya, dana mengaturnya secara sistematis.
Elemen-elemen ini biasanya dapat diberikan pada orang-oarang yang bekerja pada
orang-orang yang bekerja pada berbagai bentuk disiplin dimana elemen-elemen
tersebut disajikan, mereka memerlukan sedikit atau tidak ada perubahan dari
elemen atau penerapan yang digunakan pada elemen lainnya.
Pengetahuan faktual berisi
elemen-elemen dasar yang harus diketahui para murid jika mereka akan dikenalkan
dengan suatu disiplin atau untuk memecahkan masalah apapun didalamnya.
Elemen-elemen biasanya merupakan simbol-simbol yang berkaitan dengan beberapa
referensi konkret, atau “benang-benang simbol” yang menyampaikan informasi
penting. Sebagian besar, pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang
relatif rendah. Dua bagian jenis pengetahuan faktual adalah pengetahuan
terminologi dan pengetahuan detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.
a. Pengetahuan
Terminologi
Pengetahuan
terminologi meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan non-verbal tertentu
(contohnya kata-kata, angka-angka, tanda-tanda, dan gambar-gambar). Setiap
pokok bahsan berisi sejumlah besar nama-nama Mereka berada pada bahasa disiplin
dasar-jalan pintas yang digunakan para ahli untuk mengungkapkan apa yang mereka
ketahui. Dalam usaha apapun oleh para ahli untuk berkomunikasi dengan ahli
lainnya mengenai fenomena dalam disiplin ilmu mereka, mereka menganggap penting
untuk menggunakan nama-nama dan simbol-simbol khusus yang telah dipikirkan.Dalam
banyak kasus, tidak mungkin bagi para ahli untuk memperbincangkan masalah dalam
disiplin ilmu mereka tanpa mempergunakan istilah-istilah penting.Cukup
harafiah, mereka tidak mampu bahkan untuk memikirkan mengenai banyak fenomena
dalam disiplin ilmu kecuali mereka menggunakan nama-nama dalam simbol-simbol
ini.
b. Pengetahuan
yang Detail dan Elemen-elemen yang Spesifik
Pengetahuan yang detail dan
elemen-elemen yang spesifik mengacu pada pengetahuan peristiwa-peristiwa,
tempat-tempat, orang-orang, tanggal, sumber informasi,dan semacamnya. Hal ini
dapat melibatkan informasi yang sangat tepat dan spesifik, seperti tanggal yang
tepat dari suatu peristiwa atau besarnya fenomena dengan tepat. Hal ini dapat
juga meliputi informasi perkiraan, seperti periode waktu dimana suatu peristiwa
terjadi atau besarnya tata cara umum suatu fenomena. Fakta-fakta spesifik
adalah fakta-fakta yang dapat diisolasi terpisah, elemen-elemen terpisah
berlawanan dengan elemen-elemen yang hanya dapat diketahui dalam konteks yang
lebih luas.
Setiap pokok bahasan berisi beberapa
peristiwa, tempat-tempat, orang-orang, tanggal, dan detail-detail lainnya yang
para ahli tahu dan percaya dapat menggambarkan pengetahuan yang penting
mengenai bidang tersebut.Fakta-fakta spesifik semacam itu merupakan informasi
mendasar yang para ahli gunakan dalam menggambarkan bidang mereka dan dalam
memikirkan mengenai masalah-masalah atau topik-topik tertentu dalam bidang
tersebut.Fakta-fakta ini dapat dibedakan dari terminologi, dalam terminologi itu
secara umum menunjukkan konvensi-konvensi atau persetujuan-persetujuan dalam
suatu bidang, sementara fakta-fakta menyajikan temuan-temuan yang sampai dalam
alat selain persetujuan-persetujuan yang dibuat untuk tujuan-tujuan komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar