Sabtu, 08 November 2014

DIMENSI PENGETAHUAN



DIMENSI PENGETAHUAN

Konsep-konsep pembelajaran yang belakangan berkembang terfokus pada proses-proses aktif, kognitif dan konstruktif dalam pembelajaran yang bermakna.Pembelajar (learner) diasumsikan sebagai pelaku yang aktif dalam aktifitas belajar. Mereka memilih informasi yang akanmereka pelajari, mengkonstruksi makna berdasarkan informasi ini. Mereka bukan orang yang hanya menerima pasif, bukan pula hanya merekam informasi yang disuguhkan kepada mereka oleh orang tua, guru, buku pelajaran, atau media massa. Ini merupakan perubahan dari pandangan pasif tentang pembelajaran ke pandangan kognitif dan konstruktif yang menekankan apa yang siswa ketahui (pengetahuan) dan bagaimana mereka berpikir (proses kognitif) tentang apa yang mereka ketahui ketika terlibat aktif dalam pembelajaran yang bermakna.
Ada empat jenis pengetahuan yang dipaparkan dalam dimensi pengetahuan antara lain: (1) Pengetahuan faktual, (2) Pengetahuan konseptual, (3) Pengetahuan Prosedural, (4) Pengetahuan Metakognitif. Jenis pengetahuan ini sangat membantu para pendidik memutuskan apa yang perlu diajarkan. Tingkat spesifikasi ini memungkinkan empat jenis pengetahuan tersebut diterapkan untuk semua tingkat kelas dan mata pelajaran.Sebagian tingkat kelas dan atau mata pelajaran mungkin memiliki lebih banyak tujuan yang diklasifikasikan, misalnya ke dalam Pengetahuan Konseptual. Memang ini juga dipengaruhi oleh salah satu faktor atau beberapa faktor berikut: materi pelajaran, pandangan tentang siswa dan cara belajar mereka, pandangan guru tentang materi pelajaran.

1.      Membedakan antara pengetahuan dan konten materi subjek
Untuk mengetahui perbedaaan pengetahuan dan konten materi subjek, dapat dilihat dari ilustrasi yang terdiri dari empat guru.Dan tujuan-tujuan pendidikannya dirumuskan untuk satu unit pelajaran tentang Macbeth, sebuah karya William Shakespeare. Setiap tujuan pembelajaran ini mengandung pandangan yang berbeda tentang apa yang harus siswa pelajari dalam unit pelajaran itu. Pada kenyataannya, ke empat guru tersebut merumuskan banyak tujuan, tetapi contoh-contoh tujuan yang disajikan disini menunjukkan bagaimana guru-guru itu terfokus pada tujuan-tujuan yang merefleksikan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda.
-Mrs.Patterson berpandangan bahwa siswa-siswanya harus mengetahui nama-nama tokoh dalam drama tersebut dan hubungan antara tokohnya (saling bermusuhan). Siswa harus mengetahui detail-detail alur (plot)-nya dan mereka pun mesti mengetahui siapa tokoh yang mengatakan apa, sampai mereka hafal ucapan-ucapan pentingnya. Hal ini merupakan cara mengajarkan pengetahuan faktual kepada siswa.
-Ms. Chang berpendapat bahwa dengan membaca drama tersebut mendorong siswa-siswanya belajar konsep-konsep penting tentang ambisi, pahlawan tragis, dan ironi.Dan juga tertarik untuk memotivasi siswanya mengetahui hubungan diantara konsep-konsep itu.Menurutnya, dengan fokus pada konsep-konsep tersebut dan hubungan antarkonsep itu menjadikan drama tersebut hidup di mata siswa-siswanya.Dan meminta siswanya untuk menghubungkan kehidupan nyata dengan konsep-konsep itu untuk memahami perilaku manusia.Hal ini merupakan cara mengajarkan pengetahuan konseptual kepada siswa.
-Mr. Jefferson, mengatakan bahwa Macbeth sebagai salah satu drama dari karya sastra Inggris.Ia ingin menggunakan Macbeth sebagai alat untuk mengajarkan kepada siswa-siswanya bagaimana cara mengkaji drama secara umum. Mula-mula ia meminta siswanya mendiskusikan alurnya, kemudian membahs hubungan-hubunga antar tokohnya, lalu menangkap pesan-pesan yang disampaikan penulisnya, dan akhirnya membahas bagaimana cara penulisan drama tersebut dan konteks kulturalnya. Hal ini merupakan cara mengajarkan Pengetahuan Prosedural kepada siswa.
-Mrs. Weinberg, ingin siswa-siswanya mempelajari serangkaian prosedur umum atau “alat” yang dapat mereka gunakan untuk mengkaji, memahami, menganalisis, dan mengapresiasi drama-drama lain. Akan tetapi, menginginkan siswanya tak sekedar menerapkan atau menggunakan alat tersebut secara mekanis atau otomatis.Ia berharap mereka “memikirkan apa yang sedang mereka lakukan ketika menggunakan alat tadi”, menjadi swa-reflektif dan metakognitif perihal bagaimana mereka memakai alat tersebut. Ia berharap mereka belajar sesuatu tentang mereka sendiri, barangkali ambisi atau kekuatan dan kelemahan mereka sendiri, dengan memposisikan diri sebagai tokoh-tokoh dalam drama ini. Hal ini merupakan cara mengajarkan Pengetahuan Metakognitif kepada siswa.

Dalam empat contoh di atas, isi dramanya sama. Namun, empat gurunya menyampaikan isi ini dengan cara-cara yang berbeda, merumuskan tujuan-tujuan yang berbeda dan menekankan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda pula. Semua materi pelajarannya memiliki isi yang spesifik, dan bagaimana cara guru-guru menstrukturkan isinya dalam tujuan-tujuan pendidikan dan aktifitas-aktifitas pembelajaran membuahkan penekanan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda pada unit pelajarannya. Bagaimana cara guru merumuskan tujuan-tujuan pendidikan, mengatur membelajaran mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mengakses pembelajaran siswa. Semuanya akan membuahkan hasil-hasil yang berbeda, sekalipun isi materi pelajarannya sama persis.

2.      Menjelaskan perbedaan antara pengetahuan faktual dan konseptual
Dalam psikologi kognitif, pengetahuan deklaratif biasanya diistilahkan dengan “mengetahui bahwa”: mengetahui bahwa bogota adalah ibu kota Kolombia, atau mengetahui bahwa persegi adalah bangunan dua dimensi yang ke empat sisinya sama panjang. Pengetahuan ini boleh jadi merupakan (1) elemen-elemen isi tertentu, seperti istilah dan fakta, atau (2) konsep, asas, model atau teori yang lebih umum.
Dalam revisi taksonomi pendidikan ini, dibedakan antara pengetahuan tentang elemen-elemen isi yang memiliki ciri-ciri tersendiri (yakni istilah dan fakta) dan pengetahuan tentang batang pengetahuan yang lebih besar dan lebih tertata (yakni konsep, asas, model dan teori).
            Istilah pengetahuan faktual untuk menunjuk pengetahuan tentang informasi yang memiliki ciri-ciri tersendiri, dan istilah pengetahuan konseptual untuk pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.Sebagai guru dan pendidik lainnya perlu membedakan antara keduanya.
                        Hasil riset membuktikan bahwa banyak siswa tidak menghubungkan antara fakta-fakta yang mereka pelajari di kelas dan sistem ide yang lebih luas yang tercermin dalam pengetahuan seorang pakardisiplin ilmu tertentu. Walaupun mengembangkan ilmu keahlian dalam suatu disiplin ilmu dan mengembangkan berbagai cara pikir merupakan tujuan penting dalam pendidikan,siswasering kali tidak belajar untuk menerapkan fakta-fakta dan ide-ide yang mereka pelajari di kelas dalam rangka memahami pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini dinamakan masalah pengetahuan yang “lembam” (inert knowledge), yakni siswa tampak menguasai banyak pengetahuan faktual tetapi sebenarnya mereka tidak memahaminya secara mendalam atau tidak menyatukan atau tidak mengorganisasikannya secara sistematis dan ketat.
            Salah satu ciri seorang ahli atau pakar adalah bahwa seorang ahli tidak hanya mengetahui banyak hal tentang disiplin ilmunya, tetapi juga pengetahuannya tertata secara sistematis yang mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang materi kajiannya. Perpaduan antara Pengetahuan Konseptual dan pemahaman yang mendalam dapat membantu siswa untuk menerjemahkan  apa yang telah mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata, sehingga mereka dapat mengatasi sebagian masalah pengetahuan lembam.

3.      Menjelaskan rasionalisasi pengetahuan metakognisi
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara umum sama halnya dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada murid untuk lebih sadara dan bertanggung jawab untuk pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Perkembangan para murid akan menjadi lebih sadar  dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak mereka mengetahui kesadaran secara umum, dan ketika mereka bertindak dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung lebih baik (Bransford, Brown, dan Cocking, 1999).
            Istilah metakognisi telah digunakan secara luas dan berlainan, dan perbedaan penggunaannya bertumpu pada dua pengertian metakognisi, yakni (1) pengetahuan tentang kognisi dan (2) pengontrolan, pemonitoran dan pengaturan metakognitif, serta (self–regulation).
            Pengetahuan Metakognitif meliputi pengetahuan tentang strategi umum yang dapat dipakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektifitas strategi dan pengetahuan diri (self-knowledge). Misalnya, siswa yang memiliki pengetahuan metakognitif berarti mengetahui bermacam-macam strategi untuk membaca satu bab buku teks dan strategi untuk mengecek pemahaman mereka saat membaca. Dan mengetahui kelemahan dan kelebihan saat membaca dan memotivasi mereka untuk menyelesaikan tugas membaca tersebut.Dengan pengetahuan Metakognitif dapat mendorong mereka untuk mengubah pendekatan mereka dalam merampungkan tugas tadi.
            Siswa juga mengetahui situasi, kondisi dan budaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dalam konteks tertentu (misalnya, di kelas, jenis tes, situasi dan sub kultur). Sebagai contoh mereka tahu bahwa guru memberikan hanya tes piliha ganda, merekapun tahu bahwa untuk mengerjakan tes pilihan ganda, mereka hanya perlu mengenali jawaban yang tepat dan tidak perlu mengingat kembali informasi yang dibutuhkan dalan tes essay. Dengan Pengetahuan Metakognitif ini dapat mempengaruhi cara mereka mempersiapkan diri dalam menghadapi tes.
            Alasan untuk menempatkan Pengetahuan Metakognitif sebagai kategori pengetahuan keempat karena dua alasan.Pertama, pengontrolan metakognitif dan swaregulasi men;syaratkan proses kognitif yang merupakan dimensi lain dalam Tabel Taksonomi. Pengontrolan metakognitif dan swaregulasi melibatkan proses-proses seperti mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Maka dari itu, memasukkan proses pengontrolan metakognitif dan swaregulasi ke dalam dimensi proses kognitif tentu saja berlebihan. Kedua, Pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural yang dimaksud dalam taksonomi Bloom merupakan isi mata pelajaran. Sebaliknya, Pengetahuan Metakognitif merupakan pengetahuan tentang kognisi dan diri sendiri dalam kaitannya dengan berbagai materi kajian, secara individual atau kolektif (yakni semua displin ilmu dalam bidang akademis umum)

4.      Mengkategorikan dimensi pengetahuan factual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang para ahli gunakan dalam menyampaikan disiplin ilmu akademis mereka, memahaminya, dana mengaturnya secara sistematis. Elemen-elemen ini biasanya dapat diberikan pada orang-oarang yang bekerja pada orang-orang yang bekerja pada berbagai bentuk disiplin dimana elemen-elemen tersebut disajikan, mereka memerlukan sedikit atau tidak ada perubahan dari elemen atau penerapan yang digunakan pada elemen lainnya.
            Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus diketahui para murid jika mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin atau untuk memecahkan masalah apapun didalamnya. Elemen-elemen biasanya merupakan simbol-simbol yang berkaitan dengan beberapa referensi konkret, atau “benang-benang simbol” yang menyampaikan informasi penting. Sebagian besar, pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua bagian jenis pengetahuan faktual adalah pengetahuan terminologi dan pengetahuan detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.
a.       Pengetahuan Terminologi
Pengetahuan terminologi meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan non-verbal tertentu (contohnya kata-kata, angka-angka, tanda-tanda, dan gambar-gambar). Setiap pokok bahsan berisi sejumlah besar nama-nama Mereka berada pada bahasa disiplin dasar-jalan pintas yang digunakan para ahli untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui. Dalam usaha apapun oleh para ahli untuk berkomunikasi dengan ahli lainnya mengenai fenomena dalam disiplin ilmu mereka, mereka menganggap penting untuk menggunakan nama-nama dan simbol-simbol khusus yang telah dipikirkan.Dalam banyak kasus, tidak mungkin bagi para ahli untuk memperbincangkan masalah dalam disiplin ilmu mereka tanpa mempergunakan istilah-istilah penting.Cukup harafiah, mereka tidak mampu bahkan untuk memikirkan mengenai banyak fenomena dalam disiplin ilmu kecuali mereka menggunakan nama-nama dalam simbol-simbol ini.
b.      Pengetahuan yang Detail dan Elemen-elemen yang Spesifik
            Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik mengacu pada pengetahuan peristiwa-peristiwa, tempat-tempat, orang-orang, tanggal, sumber informasi,dan semacamnya. Hal ini dapat melibatkan informasi yang sangat tepat dan spesifik, seperti tanggal yang tepat dari suatu peristiwa atau besarnya fenomena dengan tepat. Hal ini dapat juga meliputi informasi perkiraan, seperti periode waktu dimana suatu peristiwa terjadi atau besarnya tata cara umum suatu fenomena. Fakta-fakta spesifik adalah fakta-fakta yang dapat diisolasi terpisah, elemen-elemen terpisah berlawanan dengan elemen-elemen yang hanya dapat diketahui dalam konteks yang lebih luas.
            Setiap pokok bahasan berisi beberapa peristiwa, tempat-tempat, orang-orang, tanggal, dan detail-detail lainnya yang para ahli tahu dan percaya dapat menggambarkan pengetahuan yang penting mengenai bidang tersebut.Fakta-fakta spesifik semacam itu merupakan informasi mendasar yang para ahli gunakan dalam menggambarkan bidang mereka dan dalam memikirkan mengenai masalah-masalah atau topik-topik tertentu dalam bidang tersebut.Fakta-fakta ini dapat dibedakan dari terminologi, dalam terminologi itu secara umum menunjukkan konvensi-konvensi atau persetujuan-persetujuan dalam suatu bidang, sementara fakta-fakta menyajikan temuan-temuan yang sampai dalam alat selain persetujuan-persetujuan yang dibuat untuk tujuan-tujuan komunikasi.

Tidak ada komentar: