Sabtu, 02 Mei 2009

refraktometer

A. JUDUL PERCOBAAN
Refraktometer

B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan yang ingin dicapau setelah melakukan percobaan ini adalah mengetahui atau mengukur indeks bias suatu senyawa.

C. LANDASAN TEORI
Kebanyakan obyek yang dapat kita lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya ke mata kita. Pada pantulan yang paling umum terjadi, cahaya memantul ke semua arah, disebut pantulan baur. Sebuah buku di atas meja yang disinari oleh hanya sebuah sumber titik cahaya dapat dilihat dari segenap penjuru ruangan. Supaya lebih tegas misalkan suatu zat adalah udara dan yang di bawah air. Tempuhan cahaya dilukiskan sebagai seberkas sinar akan terlihat jelas jika ada asap atau debu di udara, dan jika air itu mengandung sedikit bahan celup fluoresen. Sebagian dari cahaya yang dating akan dipantulkan oleh permukaan tersebut dan sebagian lagi akan terus ke dalam air atau membias. Arah sinar datang, sinar pantul dan sibar bias ini diperinci atas dasar besar sudut yang dibentuknya dengan garis yang tegak lurus pada permukaan di titik datang. Untuk keperluan ini cukuplah kita melukiskan satu sinar saja, sekalipun cahaya yang terjadi dari satu sinar saja mustahil ada atau hanya merupakan abstraksi geometrikal saja (Sears. 1994: 901-902).
Sistematika dalam menganalisa secara kualitatif suatu senyawa organik meliputi beberapa langkah pengerjaan, antara lain:
a. Melihat sifat fisisnya.
b. Analisis elementer.
c. Reaksi identifikasi gugus fungsional.
d. Analisis kromatografi.
Dengan mengumpulkan data-data mengenai sifat fisis dari suatu senyawa lebih mudah untuk melakukan analisa senyawa tersebut, karena dapat menggolongkannya ke dalam golongan senyawa tertentu yang sesuai sifat-sifatnya. Sifat fisis dapat diperiksa antara lain, warna, bau, kelarutan, kekentalan, titik leleh, titik didih, indeks bias dan berat jenis. Kecepatan merambat gelombang cahaya tidak sama dalam semua media, oleh karena itu apabila suatu berkas cahaya akan dibiaskan, sudut datang tidak sama dengan sudut bias. Besar sudut datang dengan sudut bias bergantung pada berat jenis, temperatur, dan macam media yang dilewati serta panjang gelombang cahaya datang. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias disebut indeks bias senyawa tersebut.
Nd = sinus sudut dating / sinus sudut bias
= sin I / sin p


Alat yang digunakan untuk memeriksa indeks bias suatu senyawa disebut refraktometer (Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen. 2008: 27-28).
Misalkan seberkas cahaya monokhromatik yang bergerak dalam suatu vakum (ruang hampa) membentuk sudut datang dengan garis normal pada permukaan zat a, dan misalkan a, adalah sudut-bias dalam zat tersebut. Maka konstanta dalam hokum snell disebut indeks bias zat a dan ditulis na. Indeks bias bergantung bukan hanya pada macam zat tetapi juga pada panjang gelombang cahaya. Bila panjang gelombang tidak disebutkan, biasanya indeks bias yang diambil ialah indeks bias cahaya kuning lampu natrium yang panjang gelombang gelombangnya 589 nm (Sears. 1994: 911).
Prisma banyak macam bentuknya, dan bagaimanapun bentuknya dalam segala bentukannya yang banyak merupakan alat optik yang sangat berguna. Hanya lensa yang berada di atasnya dari segi kegunaannnya. Perihal prisma yang memantul sempurna telah dibicarakan secara singkat. Sekarang akan kita bicarakan deviasi (penyimpangan) dan dispersi (penguraian) cahaya yang disebabkannya (Sears. 1994: 917).
Standar ini berisi antara lain prosedur penuntun indeks bias (n) relatif mineral transparan dalam bentuk butiran atau pecahan mineral transparan berukuran (+/-) 0,6 mm atau berat kira-kira 0,01 g dalam medium rendam yang diketahui indeks biasnya dengan menggunakan mikroskop dan iluminasi miring. Prosedur pengujian menggunakan mikroskop stereoskop dan mikroskop polarisasi sinar tembus atau berdasarkan posisi relative bayangan gelap pada butiran mineral dan cairan (Badan Standarisasi Nasional. 2008: 1).
Kecepatan cahaya dalam sebuah vakum adalah 299.792.458 meter per detik (m/s) atau 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h) atau l86.282,4 mil per detik (mil/s) atau 670.616.629,38 mil per jam (mil/h). Kecepatan cahay ditandai dengan huruf c, yang berasal dari bahasa Latin celeritas yang berarti “kecepatan”, dan juga dikenal sebagai konstanta Einstein (Anonim. 2008: 1).
Beberapa materi kristal menunjukkan efek refraksi ganda, jika kristal tersebut mampu menguraikan berkas cahaya yang lewat padanya, menjadi dua bagian dengan tenaga yang setara serta sudut uraian yang kecil. Kedua bagian sinar hasil uraian ini Nampak sebagai cahaya terpolarisasi bidang yang saling tegak lurus satu sama lainnya. Indeks refraksi dan juga absorpsivitas suatu medium untuk komponen putar kiri dan putar kanannya dapat mempunyai nilai yang berbeda (Khopkar. 2007: 292).






D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan adalah:
a. Refraktometer
b. Pipet tetes
2. Bahan yang digunakan adalah:
a. Glukosa
b. Fruktosa
c. Sukrosa
d. Galaktosa
e. Aquades
f. Tissue
g. Cahaya

E. PROSEDUR KERJA
1. Membersihkan permukaan prisma refraktometer dengan aquades dan tissue.
2. Meneteskan senyawa cair pada permukaan prisma.
3. Menutupnya dan membiarkan berkas cahaya memasuki dan melewati senyawa cair.
4. Mengatur pisma agar warna cahaya pada layar dalam alat tersebut menjadi dua warna dengan batas yang jelas.
5. Menggeser tanda batas dengan menggunakan knop pengatur pada refraktometer sampai memotong titik perpotongan dua garis diagonal yang saling berpotongan.
6. Mengamati dan membaca skala indeks bias yang terlihat pada refraktometer.





F. HASIL PENGAMATAN
Indeks bias sampel dengan suhu 30 oC
1. Glukosa : 2,3%
2. Sukrosa : 1,4%
3. Fruktosa : 5%
4. Galaktosa : 4,9%
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Kecepatan Cahaya. Online (http://www.wikipedia.com, diakses 29 Oktober 2008).


Badan Standarisasi Nasional. 2008. Penentuan Indeks Bias Relatif Mineral dalam Bentuk Butiran dengan Teknik Uji Bayangan. Online (http://www.google.co.id, diakses 29 Oktober 2008).


Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS


Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.

Zemansky, Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika. Jakarta: Bina cipta.













I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Setiap larutan atau suatu senyawa memiliki indeks bias yang berbeda.
b. Suhu sangat berpengaruh pada penentuan indeks, di mana jika suhu berubah-ubah, maka indeks bias menjadi berubah-ubah pula atau tidak konstan. Selain itu, konsentrasi juga sangat berperan terhadap penentuan indeks bias suatu senyawa.
c. Indeks bias larutan pada suhu 30 oC adalah sukrosa = 0,754; glukosa = 0,763; fruktosa = 0,790; dan galaktosa = 0,789.
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar berhati-hati dalam melakukan praktikum, terutama pada saat memegang refraktometer, karena jika larutan pada permukaan prisma tertumpah atau menyentuh bagian refraktometer yang lain, maka akan mengganggu pada saat pembacaan skala pada refraktometer.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

salam kenal saya mau tanya
untuk analisa kadar gula lebih akurat yang mana antra refraktometer dengan polarimeter....? mohon penjelasannya
terimakasih

mifta's blog mengatakan...

salam kenal juga......
makasi telah berkunjung di blog ini....
kedua-duanya bisa...
namun
pada refraktometer mengukur kadar gula berdasarkan indeks bias
sedangkan pada polarimeter mengukur kadar gula berdasarkan bidang polarisasinya................